Dalam kesempatan itu, SBY mengungkapkan pemerintah mengasumsikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,6%. Artinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dalam dua tahun terakhir mengalami perlambatan bakal pulih dan naik sedikit 0,4% dari pertumbuhan tahun ini.
Menurut Staf Presiden bidang perekonomian, Firmanzah, asumsi pertumbuhan ekonomi yang diumumkan Presiden terbilang realistis. Pertumbuhan sebesar 5,6% telah mempertimbangkan kapasitas fiskal dan kondisi domestik Indonesia pada 2015, ditambah tren perekonomian global.
"Jadi, 5,6% masih relatif tinggi di antara negara G-20. PDB kita yang hampir US$900 triliun dengan tumbuh di atas 5%, saya rasa hal itu luar biasa," katanya di kompleks Parlemen, sore tadi.
Kenyataan itu, kata dia, makin realistis dengan adanya transisi pemerintahan SBY ke pemerintahan presiden terpilih. Agar asumsi-asumsi yang disampaikan Presiden berjalan dengan baik, pemerintah maupun DPR baru harus satu visi karena tantangan ekonomi 2015 jauh lebih kompleks. Belum lagi, Firmanzah menambahkan, tantangan lain yang bakal menghadang seperti subsidi energi.
"Tantangan pemerintah ke depan adalah subsidi energi. Berbagai upaya juga tersedia nanti di pemerintahan baru dari mulai opsi untuk menyesuaikan harga bbm bersubsidi, pembatasan penggunaan bbm (bahan bakar minyak) bersubsidi, dan skema-skema lain," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News