Hal tersebut bisa terlihat dari penerbitan sukuk global yang baru saja dilakukan Pemerintah Indonesia sebesar USD3 miliar yang terdiri dari USD1 miliar untuk tenor 5 tahun dan USD2 miliar untuk tenor 10 tahun.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan mengatakan, dari USD1 miliar yang diterbitkan, 21 persen atau USD210 miliar diminati oleh investor asal AS. Sementara minat investor asal Negeri Paman Sam itu dalam penerbitan USD2 miliar tenor 10 tahun mencapai 29 persennya atau USD580 miliar.
"AS dibanding tahun lalu agak menarik, padahal tahun lalu agak kurang menarik belinya," kata Robert di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Kamis 30 Maret 2017.
Robert mengatakan, dalam setiap roadshow yang dilakukan jajarannya, banyak investor AS yang menyampaikan bahwa mereka makin percaya dengan kualitas sukuk yang tidak kalah dengan surat utang konvensional.
Apalagi, sejak Oktober lalu, sukuk global Indonesia sudah dimasukkan dalam emerging market index sehingga mudah bagi investor melihat rangking-nya dan makin bisa menilai. Lagi pula dengan tenor yang lumayan panjang menjadi pilihan investor AS.
"Investor AS cenderung prefer yang long term, karena aset-aset yang mereka pegang yang long term," ujar Robert.
Sementara itu, untuk investor dari Kawasan Timur Tengah yang merupakan central dari pendanaan bebrasis syariah, sejak turunnya harga minyak dunia, mereka mengurangi porsi pembeliannya.
Bahkan sebagian dari mereka ada yang memilih untuk menerbitkan surat utang juga untuk mengganti sumber penerimaan akibat minyak yang selama ini menjadi sumber penerimaan utama sedang dilanda gejolak harga.
"Turunnya harga minyak sehingga availability fund enggak untuk di investasi enggak sebanuak seperti tahun sebelumnya saat harga minyak tinggi. mereka cenderung lebih suka tenor pendek karena kondisi harga minyak yang enggak stabil," jelas dia.
Dalam penerbitan kali ini, minat investor islamic yakni Timur Tengah dan Malaysia pada tenor 5 tahun yakni sebesar 27 persen atau USD270 miliar dari USD1 miliar. Sedangkan untuk tenor 10 tahun yakni 29 persen atau USD290 miliar dari penerbitan USD2 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News