"Kalau Indonesia tidak membenahi diri maka akan sulit untuk menarik investasi langsung ke Indonesia," tuturnya, usai Dies Natalis ke-55 Universitas Cenderawasih, Seminar Pengembangan Investasi bagi Pembangunan Papua: Peluang dan Tantangan Pengembangan Potensi Sumber Daya Alam (SDA) bagi Kesejahteraan Masyarakat, di Jayapura, seperti diberitakan Sabtu, 25 November 2017.
Dia menyebut, indikatornya bisa dilihat dari salah satu rankingnya kemudahan berusaha atau ease of doing business (EODB).
"Kita bisa lihat kalau Indonesia di ASEAN masih nomor 6, jadi masih tertinggal sama negara-negara seperti Singapura, Malaysia sudah pasti," tuturnya.
Oleh karena itu, pemerintah diimbau membuat Indonesia lebih kompetitif dengan distorsi dan lebih banyak peraturan.
"Yang kita perlukan adalah fasilitas dari pemerintah dan juga competitivness itu sendiri," katanya.
Seperti diketahui, rangking kemudahan berusaha atau EoDB Indonesia 2018 mengalami peningkatan 19 level dari 91 menjadi 72. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyampaikan peningkatan ini tidak lepas dari fokus dan concern Presiden Joko Widodo terhadap EoDB.
Namun, dia mengatakan, upaya untuk menaikkan peringkat tersebut tidaklah mudah kedepannya, sebab Indonesia akan bersaing dengan negara-negara lain. Banyak kepala negara sekarang sadar dengan adanya EoDB.
"Peningkatan EODB ini ke depan akan semakin sulit. Karena banyak negara lain tiba-tiba bangun, tiba-tiba menyadari, bahwa EODB penting," tutur mantan Menteri Perdagangan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News