Ilustrasi. Foto: dok MI.
Ilustrasi. Foto: dok MI.

Ini Faktor yang Perlu Diwaspadai agar RI Terhindar dari Jurang Resesi

Media Indonesia • 30 Agustus 2022 15:49
Jakarta: Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI Budi Frensidy mengatakan terdapat beberapa faktor-faktor yang perlu diwaspadai bagi Indonesia agar tidak mengalami resesi.
 
Menurutnya, yang perlu dikhawatirkan adalah harga pertalite yang naik. Kemudian inflasi dan suku bunga yang naik, biaya bunga laporan keuangan emiten yang naik, laba emiten turun, serta pertumbuhan ekonomi yang tertahan.
 
"Karena sumber pertumbuhan ekonomi kita 5,44 persen itu sebagian besar dari korporasi, kalau tidak tiga perempat ya 80 persen lah. Jadi porsi pemerintah ya sekitar 20 persen dilihat dari APBN terhadap PDB," ujar Budi Frensidy dalam sebuah kegiatan di Gedung OJK, Jakarta, Selasa, 30 Agustus 2022.

Faktor selanjutnya adalah membengkaknya subsidi akibat tingginya harga minyak dunia dan penyesuaian harga BBM dalam negeri yang tidak mengikuti pasar. "Jika ada adjustment, namun tidak mengikuti harga pasar, artinya pemerintah harus menyerap selisih harga subsidi, dan akibat dari subsidi besar ini adalah defisit anggaran yang harus ditutup dengan utang," ucapnya.
 
Saat ini pemerintah sedang mengalami dilema antara subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) atau inflasi yang tinggi. Menurutnya, apabila pemerintah tidak mau menginginkan inflasi yang tinggi, maka pemerintah harus terus menyubsidi BBM kedepannya.
 
"Namun, hal tersebut akan memberatkan rasio utang dan sebagainya. Karena subsidi terhadap komoditas itu paling tidak sehat, sebab subsidi tersebut tidak diberikan langsung kepada masyarakat atau kelompok masyarakat bawah," ujarnya.
 
Baca juga: Airlangga: Indonesia Berhasil Tangani Unprecedented Crisis

 
Sementara itu, tegas Budi, Indonesia merupakan negara yang mampu tetap tumbuh positif di tengah resesi global. Meskipun pasar keuangan mungkin saja terkena guncangan sesaat (temporer) jika terjadi capital outflow masif di pasar saham dan obligasi.
 
"Indeks atau pasar saham dan obligasi kita mungkin terkena shock capital outflow dan sebagainya karena belum terlalu dalam dan juga masih didominasi oleh investor asing sebesar 40 persen," tuturnya.
 
"Namun jika kita percaya dan yakin itu bukan resesi kita atau bukan permasalahan di ekonomi kita, maka kita akan menyaksikan rebound dalam waktu yang tidak akan lama dan dalam jangka panjang. Pergerakan IHSG akan konvergen ke pertumbuhan ekonomi nominal," imbuhnya.
(FICKY RAMADHAN)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan