Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, pasar keuangan di Indonesia tengah mengalami pembalikan. Dari faktor eksternal, ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan pelemahan terutama di angka ketenagakerjaan sehingga memicu perkiraan kenaikan suku bunga AS bergeser, dari tadinya sekitar Oktober atau Desember 2015 jadi di tahun depan.
"Ini membuat pasar keuangan terjadi pembalikan. Beberapa investor dan juga spekulan yang tadinya beli dolar mereka melakukan cut loss di pasar keuangan. Ini terjadi selain di Indonesia juga terjadi di Malaysia dan emerging market lainnya," ungkap Mirza, ketika pemerintah mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (7/10/2015).
Sementara itu, lanjut Mirza, untuk faktor internal datang dari respon positif pasar terkait komitmen pemerintah dalam melakukan deregulasi. Paket kebijakan ekonomi pertama dan paket kebijakan ekonomi kedua disambut positif yang menunjukkan pemerintah telah melakukan reformasi struktural.
"Mulai pariwisata, bagaimana perizinan diberbagai sektor ini dalam jangka panjang menurunkan inflasi, dan dalam jangka panjang menambah suplai di pasar. Ini disambut positif dan kita lihat selain pasar valuta asing, rupiah menguat signifikan," ungkap Mirza.
Tidak hanya itu, Mirza menambahkan, imbal hasil atau yield dari obligasi negara juga mengalami penurunan. Awalnya yield obligasi berada di angka 10 persen dan turun dikisaran 8,4 persen. Penurunan ini memberi dampak positif bagi struktur APBN. Artinya, jika rate turun maka ongkos pembiayaan pemerintah untuk membiayai APBN menurun dan itu menjadi hal baik.
"Kami apresiasi pemerintah melakukan reformasi. Kebijakan paket kedua menambah valuta asing di pasar spot dan forward sudah berdampak positif bagi ekspektasi orang menjual USD yang kemarin berspekulasi menumpuknya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News