Ilustrasi. (FOTO: Medcom.id)
Ilustrasi. (FOTO: Medcom.id)

2 Hal Menonjol Standard Poor Naikkan Peringkat Investment Grade RI

Husen Miftahudin • 10 Juni 2019 18:05
Jakarta: Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) mengafirmasi peringkat Indonesia tetap pada level layak investasi (Investment Grade) pada 31 Mei 2018. S&P sebelumnya menaikkan peringkat Indonesia ke level BBB-/stable outlook (Investment Grade) pada 19 Mei 2017.
 
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan dua hal menonjol yang membuat S&P menaikkan peringkat investment grade Indonesia.
 
"Satu, bahwa confidence dari S&P terhadap prospek ekonomi Indonesia. Bahwa prospek ekonomi Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang itu akan baik," ujar Perry usai acara Halalbihalal di kompleks perkantoran BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin, 10 Juni 2019.

Kedua, lanjut Perry, S&P menilai kredibilitas kebijakan Indonesia sangat kuat dalam mendorong ekonomi dan menghadapi berbagai tantangan perekonomian. Baik tantangan ekonomi domestik maupun guncangan ekonomi global.
 
"Baik dari kebijakan pemerintah terkait fiskal maupun juga koordinasi dengan BI, kebijakan moneter juga di sektor keuangan itu yang sangat erat. Juga kebijakan-kebijakan reformasi struktural di berbagai pihak. Bagaimana mendorong ekspor, bagaimana kemudian mendorong industri dalam negeri, mendatangkan modal asing, maupun perbaikan iklim investasi," jelas Perry.
 
Di tempat yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menilai pencapaian ini merupakan sinyalemen positif bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ini diharapkan mendorong investor gencar menanamkan modalnya di Indonesia.
 
"Dengan kepercayaan lebih bagus ini dan dengan competitiveness index kita lebih tinggi. Artinya risiko kita bisa dipersepsikan lebih rendah," ungkap dia.
 
Namun, Wimboh juga menekankan pentingnya pembenahan sektor industri nasional. Tujuannya, untuk meningkatkan daya saing produk-produk olahan nasional.
 
Jika hal itu bisa direalisasikan, lanjut Wimboh, maka secara sistematis hal itu juga akan turut berdampak pada penurunan angka impor. "Saat ini notabene masih banyak upaya yang harus kita lakukan, agar produk-produk natural resources Indonesia bisa kita olah lagi dan memperluas tenaga kerja kita untuk produk ekspor kita," tutup Wimboh.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan