"Kurs kita akan masih dalam posisi tertekan sepanjang CAD masih defisit dan sepanjang arus modal masih on and off," kata Halim, dalam sebuah seminar bertajuk 'Tantangan dan Peluang Investasi di Pasar Modal Pada Era Turbulensi Ekonomi', di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (5/11/2015). di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (5/11/2015).
Ia menambahkan, saat ini struktur mikro di pasar valuta asing (valas) di Indonesia masih terbilang rendah. Sementara transaksi nilai tukar rupiah lebih banyak dilakukan di pasar spot.
"Micro structure valas kita masih rendah. Kita akan kesulitan untuk melihat rupiah kita menguat. Transaksi rupiah kita kebanyakan di spot," jelas dia.
Di samping itu, masih kata Halim, penguatan nilai tukar rupiah juga sangat bergantung pada peningkatan ekspor nasional. Hal tersebut juga akan mendorong ketergantungan ekspor bukan hanya dari sektor komoditas primer saja.
"Jika kita belum bisa memiliki teknologi ekspor, kita menjamin tidak hanya komoditas primer, maka rasanya sulit mendorong rupiah kita semakin kuat dibanding USD," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News