Ilustrasi -- FOTO: Antara/Zabur Karuru
Ilustrasi -- FOTO: Antara/Zabur Karuru

Pemerintah Diminta Revisi Target Pertumbuhan Ekonomi ke 5,2%

Suci Sedya Utami • 20 Agustus 2015 13:31
medcom.id, Jakarta: Pemerintah Presiden Jokowi telah mengajukan asumsi pertumbuhan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2016 sebesar 5,5 persen.
 
Namun, asumsi tersebut dipandang Fraksi PAN sebagai angka yang tinggi melihat kondisi perekonomian saat ini sedang bergejolak dan akan berdampak pada ekonomi nasional.
 
Anggota DPR Fraksi PAN Laila Istiyana Diana Savitri dalam Sidang Paripurna mengatakan pihaknya meminta Pemerintah untuk merevisi target pertumbuhan tersebut ke arah bawah.

"Kami melihat target itu sangat ambisius, meminta pemerintah revisi target ke 5,2 persen," kata Laila, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (20/8/2015).
 
Laila menegaskan, pihaknya mendorong pemerintah untuk mempriroritaskan pertumbuhan di sektor pertanian, pertambangan, dan pengolahan dalam pencapaian pertumbuhan 2016. Hal ini ditujukan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan.
 
Selain pertumbuhan, partainya juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan ekspor dan mengurangi impor barang modal agar memperbaiki defisit transaksi berjalan (CAD) ke arah 2,5 persen. Jika CAD bisa ditekan, maka pelemahan rupiah pun bisa diatasi.
 
"Dan meminta BI kerja keras, kerja kerdas termasuk suku bunga BI di bawah tujuh persen agar investasi lembali normal," tutur dia.
 
Begitu juga dengan inflasi yang ditargetkan 4,7 persen tahun depan, maka, kata Laila, pemerintah harus menangani serius dampak administered price baik rencana kenaikan harga BBM dan elpiji. Penting pemberantasan kartel pangan seperti beras cabai daging.
 
"Kita minta pemerintah tekan laju inflasi hingga di bawah 4,5 persen dengan mendorong TPID," ujarnya.
 
Sementara itu, mengenai lifting minyak, Laila meminta agar pemerintah mengawasi produksi minyak di beberapa lokasi termasuk Blok Cepu.
 
"Jangan sampai dengan ICP relatif tetap USD60 per barel justru jadi alasan penurunan produksi minyak. Kami mendesak pemerintah serius melaksanakan energi alternatif seperti biofuel, energi matahari, air, gelombang air laut dan EBTKE," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan