"Kebijakan tersebut sejalan dengan kehati-hatian Bank Indonesia dalam merespons meningkatnya ketidakpastian di pasar global pasca pemilihan presiden di Amerika Serikat," kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo di kantor BI, Jakarta Pusat, Kamis (17/11/2016).
Agus melanjutkan, kebijakan ini diambil sejalan dengan kondisi stabilitas makroekonomi dalam negeri yang tetap terjaga sebagaimana tercermin dalam inflasi dan defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD).
"BI akan tetap melakukan stabilisasi kurs rupiah sesuai fundamental dengan tetap menjaga mekanisme pasar. Kami anggap pelonggaran moneter dan makro prudensial sebelumnya bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," tegas Agus.
Keputusan BI senada dengan pernyataan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution. Dia memandang bahwa saat ini situasinya sedang tidak tenang, terutama terkait nilai tukar rupiah yang sempat bergejolak setelah terkena sentimen hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat.
Baca: Hari Ini BI Umumkan Suku Bunga Acuan
"Ini kan situasinya tidak terlalu tenang, tapi tidak jelek juga. Jadi kita harus mengerti bahwa kalau ada situasi tidak terlalu tenang, ya tidak terlalu baik ambil inisiatif," kata Darmin di kantornya.
Mempertahankan BI 7 Day Repo di level 4,75 persen juga telah diprediksi Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Menurutnya, keputusan ini diambil karena tekanan eksternal usai terpilihnya Donald John Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) mengalahkan rivalnya Hillary Clinton.
Dirinya menambahkan, BI perlu hati-hati dalam menentukan kebijakannya. Apalagi bank sentral AS, The Fed diprediksi akan lebih agresif menaikkan suku bunga acuan mereka.
"Arah kebijakan suku bunga AS yang akan lebih agresif kenaikannya pada tahun depan apalagi setelah Donald Trump menang dalam Pilpres AS, yang juga di luar ekspektasi pasar dan BI," jelas dia.
Selain mempertimbangkan stabilitas rupiah, Josua menyebut BI perlu hati-hati dalam menjaga laju inflasi tahun depan. Peningkatan inflasi akan datang usai pemerintah berencana akan menaikkan tarif dasar listrik tahun depan.
"BI pun mempertimbangkan ekspektasi inflasi pada tahun depan yang cenderung meningkat di kisaran empat hingga 4,5 persen sejalan dengan rencana kenaikan inflasi harga yang diatur pemerintah pada tahun depan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News