Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Medcom.id.
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Medcom.id.

Menkeu: 2022 Jadi Tahun Pemulihan yang Tidak Seimbang

Despian Nurhidayat • 09 Februari 2022 19:12
Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan 2022 merupakan tahun pemulihan ekonomi global yang tidak seimbang.
 
Beberapa faktor yang memengaruhi hal ini di antaranya ialah tekanan inflasi global, normalisasi kebijakan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris, kebijakan switching Tiongkok, penurunan permintaan global yang muncul dari tegangan geopolitik, serta tekanan utang dari negara-negara berkembang.
 
"Hal ini akan berdampak pada seluruh negara di dunia. Ini perlu dukungan kebijakan yang harus kita kelola," ungkapnya dalam acara Mandiri Investment Forum 2022 secara daring, dilansir Mediaindonesia.com, Rabu, 9 Februari 2022.

Menurut Sri Mulyani, saat ini tengah terjadi tekanan inflasi di berbagai negara dunia. Hal ini menyebabkan banyak negara meningkatkan suku bunga karena adanya tekanan inflasi yang tinggi.
 
Dia mencontohkan Brasil yang inflasinya sudah mencapai 10 persen dan suku bunga disesuaikan menjadi lebih dari 10 persen. Rusia dengan tingkat inflasi delapan persen juga telah menyesuaikan kebijakan suku bunga mereka di bawah 10 persen. AS dan Uni Eropa juga sudah mencatatkan inflasi sebesar lima persen dan tujuh persen.
 
"2022 juga masih dipenuhi ketidakpastian dan berpotensi memperlemah prakiraan perekonomian secara global, baik dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Pada saat yang sama, inflasi ini membuat harga komoditas akan mengalami normalisasi dari tingkat paling tinggi pada akhir 2021 sampai 2022," lanjut Sri Mulyani.

Indonesia capai level pertumbuhan ekonomi pracovid-19

Meskipun menghadapi situasi ini, Sri Mulyani menegaskan Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang telah mencapai level pertumbuhan ekonomi pracovid-19. Bahkan, saat ini dia menambahkan tingkat GDP (Gross Domestic Product) Indonesia telah mencapai USD1.150 miliar.
 
"Instrumen kebijakan punya peran penting untuk melakukan kebijakan countercyclical yang mampu meredam shock akibat pandemi dan telah mengalami netralisasi dan proses pemulihan," tuturnya.
 
Sri Mulyani juga menyatakan saat ini, Indonesia tengah mengalami proses pemulihan ekonomi yang sangat baik. Hal ini terlihat dari capaian positif dari seluruh sektor yang dikatakan cukup merata, baik dari sisi permintaan, konsumsi, investasi, ekspor, dan lainnya.
 
"Bahkan sektor perdagangan yang terkena dampak paling parah akibat pandemi mereka masih tetap bisa tumbuh lima persen dan ini perkembangan baik. Sektor pertambangan juga mengalami peningkatan komoditas," ucap Sri Mulyani.
 
Dia pun menegaskan proses pemulihan ekonomi selama pandemi juga lebih cepat jika dibandingkan dengan krisis keuangan Asia yang terjadi pada 1998. Pada saat itu, GDP dikatakan membutuh waktu lima tahun untuk pulih dan sektor manufaktur memerlukan waktu tiga tahun untuk pulih.
 
"Pandemi meskipun menciptakan shock yang besar, proses pemulihan dari GDP hanya butuh dua tahun saja atau kurang, bahkan sektor manufaktur hanya butuh waktu lima kuartal sebelum bisa pulih hingga level prapandemi," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan