Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati - - Foto: dok MI
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati - - Foto: dok MI

Sri Mulyani: Inflasi Indonesia Sangat Rendah di Antara Negara Berkembang

Eko Nordiansyah • 17 Maret 2022 10:40
Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut tingkat inflasi Indonesia masih tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan banyak negara maju maupun negara berkembang lainnya. Tahun lalu, inflasi Indonesia tercatat sekitar 1,6 persen.
 
"Januari dan Februari (2022) kami memiliki sedikit peningkatan di atas dua persen. Jika dibandingkan dengan banyak negara maju atau bahkan negara berkembang lainnya, tingkat inflasi ini masih tergolong sangat rendah," kata dia dilansir dari laman resmi Kemenkeu, Kamis, 17 Maret 2022.
 
Namun demikian, Indonesia tetap harus berhati-hati dengan kenaikan harga komoditas global maupun gangguan pasokan. Menurut Sri Mulyani, kenaikan inflasi di beberapa negara maju maupun berkembang akan berdampak kepada Indonesia.
 
Ia menjelaskan respon terhadap kebijakan moneter di banyak negara maju dalam hal pengetatan dan peningkatan inflasi akan memengaruhi daya beli, sehingga akan mempengaruhi pemulihan yang didorong oleh konsumsi. Kedua efek tersebut perlu direspon dan diantisipasi oleh pemerintah.
 
"Untuk Indonesia, sebagian kenaikan harga komoditas ini belum ditransmisikan ke harga konsumen karena kebijakan harga yang diatur oleh pemerintah. Harga pangan kita yang relatif stabil, seperti beras yang dalam dua tahun terakhir sangat diuntungkan dengan hujan yang terus menerus dan itu juga menjadi penyangga bagi kita," ungkapnya.
 
Di sisi lain, pemerintah juga sangat mewaspadai harga pangan lainnya, termasuk minyak goreng, kedelai, dan gandum karena konflik Rusia-Ukraina yang bisa berdampak signifikan bagi beberapa komoditas di Indonesia. Apalagi dalam waktu dekat, Indonesia akan memasuki bulan Ramadan dan Idulfitri.
 
Melihat kondisi tersebut, pemerintah akan terus memonitor dinamika ekonomi dan volatilitas harga komoditas, serta menyusun analisis risiko ekonomi dan fiskal atas berbagai skenario untuk merumuskan langkah antisipasi. Di samping itu, kebijakan akan diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan nasional.
 
“Pemerintah akan menggunakan berbagai tools, baik fiskal moneter maupun bahkan intervensi di pasar, agar kami dapat terlebih dahulu memastikan bahwa proses pemulihan akan terus berlanjut. Jadi, kami akan menggunakan semua alat agar kami dapat menavigasi situasi yang sangat menantang ini," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan