"Beberapa lembaga juga bersepakat dengan Indonesia, jika Indonesia bisa menjadi the bright spot in the dark," ungkap Airlangga, dilansir Mediaindonesia.com, Selasa, 8 November 2022.
Ia menjelaskan terdapat beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk menghindari resesi global pada 2023, salah satunya yakni dengan menjaga daya beli serta memperkuat nilai tukar rupiah.
Baca juga: Bye Resesi! Perekonomian Indonesia Berhasil Tumbuh 5,72% |
Penguatan kurs Garuda dilakukan dengan mendorong Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan melakukan kerja sama mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS) dengan beberapa negara agar Bank Indonesia (BI) bisa mendorong pembatasan kebutuhan akan devisa.
Selain itu, reformasi struktural yang dilakukan melalui implementasi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja pun akan terus dilanjutkan. Airlangga menuturkan daya tahan perekonomian Indonesia sekitar 50,38 persen berasal dari konsumsi domestik, jika dilihat dari komponen pengeluaran.
Sementara itu ketergantungan terhadap ekspor hanya 26,23 persen sehingga tidak terlalu berpengaruh. Di sisi inflasi, Indonesia pun belakangan telah mengalami deflasi sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi lebih berkualitas karena pertumbuhan ekonomi sedikit di atas angka inflasi.
"Kita juga melihat dari investasi terjadi peningkatan sehingga tentu penyerapan oleh investor domestik menjadi bantalan daripada keluarnya modal asing," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News