Illustrasi (AFP PHOTO/SCOTT HEPPELL).
Illustrasi (AFP PHOTO/SCOTT HEPPELL).

Perkuat TKDN di Industri Migas, RI Bisa Hemat USD20 Miliar

Suci Sedya Utami • 24 Juli 2018 19:22
Jakarta: Pemerintah mendorong penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) demi menekan defisit yang terjadi pada neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir. Penguatan tersebut dilakukan dengan merumuskan kembali rencana impor barang (RIB).
 
Perumusan tersebut dibahas dalam rapat yang dipimpin oleh Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan dan dihadiri oleh Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Oke Nurwan.
 
Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan selama ini masih ada barang-barang impor yang lolos dari pemeriksaan Bea Cukai di pelabuhan atau bandara. Hal ini tentu akan merugikan barang dalam negeri.

"Makanya kita perbaiki RIB-nya. Kita mau optimalkan dalam negeri," kata Mardiasmo di Kemenko Maritim, Selasa, 24 Juli 2018.
 
Oleh karenanya, kata dia, perlu lagi dilihat kriterianya apakah membutuhkan bahan baku dari luar negeri atau bisa dipenuhi dari dalam negeri. Sebab bila impor dilakukan terus menerus maka neraca perdagangan akan mengalami defisit. Mantan Kepala BPKP ini yakin dengan memperkuat TKDN akan bisa menekan defisit perdagangan dan membuatnya menjadi positif.
 
"Kita bisa menghemat USD20 miliar dari TKDN itu," kata Mardiasmo.
 
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Oke mengatakan penguatan penggunaan TKDN dilakukan terutama di industri migas. "Nanti di migas lah kita harus bergerak bagaimana mengoptimalkan TKDN," ujar Oke.
 
Sementara itu Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengklai dari data 2016-2018 kurva penggunaan TKDN mengalami peningkatan. Dia menyebutkan 2016 penggunaan TKDN di sektor energi mencapai 55 persen, 2016 58 persen dan 2018 telah mencapai 64 persen.
 
Meski secara statistik penggunaan TKDN mengalami kenaikan dia pun mengakui impor perlu ditekan apalagi dalam situasi saat ini dimana kurs sedang mengalami gejolak. Arcandra yakin dengan impor yang bisa dikurangi akan bisa membuat kurs agar tidak makin tertekan.
 
"Beberapa kasus impor katanya, padahal barangnya ada di Indonesia. Ini saya cek lagi," jelas dia.
 
Sebagai informasi dari data yang dirilis terakhir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai kinerja perdagangan menyatakan  neraca dagang mengalami defisit USD1,52 miliar di Mei.
 
Penyumbang defisit terbesar yakni migas. Impor migas mencapai USD2,82 miliar atau naik 20,95 persen dibanding April 2018 atau naik 57,17 persen terhadap Mei 2017.
 
Sementara berdasarkan penggunaan barang, impor bahan baku atau penolong sebesar USD13,11 miliar, naik 9,02 persen dibanding April, dan naik 24,55 persen dibanding Mei 2017. Barang baku dan penolong ini berkontribusi sampai 74 persen dari total impor Mei 2018.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan