Ani minta kepada Mendag untuk membuat kebijakan yang menimbulkan keberpihakan dan kepercayaan yakni terkait harmonisasi tarif bea masuk antarsektor industri hulu dan hilir untuk bahan baku. Misalnya saja dengan memproteksi industri hilir (barang jadi) dengan tarif yang murah.
"Untuk industri hilir agar enggak menjadi lebih mahal," kata Ani di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu 22 Februari 2017.
Dia mengatakan ketika industri hilirnya diproteksi, maka akan memberikan pukulan pada konsumen karena harga yang diterima konsumen akan lebih mahal. Tentu saja efeknya akan berdampak kepada daya beli atau konsumsi masyarakat.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini pun mengingatkan bahwa daya beli masih menjadi sumber pertumbuhan utama Indonesia saat ini. Pemerintah pun selalu berupaya menjaga agar konsumsi tak merosot. Sehingga percuma diproteksi kalau nantinya barang tersebut tak ada yang beli.
"Jangan lupa, engine on growth kita konsumsi," ujar dia.
Selain itu, dengan melindungi satu industri atau komoditas hilir, pasti akan ada pihak lain yang membayar ongkos perlindungan itu. Apalagi jika yang membayar adalah rakyat (konsumen) yang miskin, maka upaya Pemerintah dalam menurunkan target kemiskinn di bawah 10 persen akan makin sulit
"Jadi kalau bapak ibu ingin tarif naik atau turun coba dipikirkan dari keseluruhan linkage-nya, sehingga bisa dibuat perhitungan benefit dan cost-nya, siapa yang diuntungkan dan dirugikan," jelas Ani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News