"Pemerintah menyadari bahwa di 2019 masih banyak faktor yang akan menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas dan pergerakan nilai tukar rupiah," kata Presiden Joko Widodo dalam Pidato RAPBN 2019 di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 16 Agustus 2018.
Dirinya menambahkan tantangan global datang dari faktor dinamika ekonomi negara maju, termasuk normalisasi kebijakan moneter di AS)dan Eropa, serta perkembangan ekonomi Tiongkok.
"Perlu kita sadari bersama bahwa tantangan ini tidak hanya dialami oleh rupiah, tetapi juga oleh banyak mata uang global," jelas dia.
Meski begitu, fundamental ekonomi yang kuat akan mampu menahan laju pelemahan rupiah di tengah tantangan global. Fundamental ekonomi terlihat dari inflasi yang terkendali, defisit fiskal yang sehat, serta peningkatan peringkat utang dan Kemudahan Berusaha (EODB).
Selain itu, kebijakan stabilisasi nilai rupiah secara terukur sesuai dengan fundamental ekonomi oleh Bank Indonesia didukung cadangan devisa yang cukup. Penguatan koordinasi kebijakan terus berlangsung dalam rangka memperbaiki stabilitas makroekonomi, termasuk koordinasi penyediaan pasokan dan kebutuhan valuta asing di antara BUMN.
"Masih berlangsungnya quantitative easing serta rendahnya suku bunga di Eropa dan Jepang mengimbangi potensi capital outflows lanjutan. Sedangkan pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi mendorong kinerja ekspor," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News