Meski begitu, Sri Mulyani menyebut pemerintah tetap mencoba memberikan keyakinan untuk perbaikan kondisi perekonomian di tahun depan. Hal ini yang direfleksikan dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2022.
"Kita tetap mencoba untuk memberikan keyakinan atau memberikan sebuah estimasi yang mendekati nanti yang akan terjadi. Nah itu kesulitan yang paling besar," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Selasa, 8 Juni 2021.
Ia menambahkan variabel yang mempengaruhi penyusunan RAPBN 2022 bukan hanya indikator ekonomi saja melainkan juga masalah kesehatan. Pasalnya, pandemi covid-19 yang melanda sejak tahun lalu diprediksi masih menimbulkan ketidakpastian.
"Ada variabel masalah kesehatan. Di dalam kesehatan ini ada masalah virusnya dan vaksinasinya, jadi dua-duanya juga memberikan dinamika yang harus kita lihat. Oleh karena itu kita juga akan tetap sesuai dengan spirit kita karena APBN adalah instrumen yang sangat penting," ungkapnya.
Selain itu, Sri Mulyani menyebut, faktor global yang bisa berdampak terhadap perekonomian nasional juga tetap perlu menjadi perhatian. Misalnya saja terkait dengan perkembangan harga komoditas dan nilai tukar rupiah yang dipengaruhi faktor global.
"Pertumbuhan terutama negara-negara yang mempengaruhi global ekonomi yang spillover atau efek rambatan berbagai negara seperti Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok dan implikasinya terhadap perekonomian global itu yang mungkin kita harus waspadai," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News