Demikian informasi itu disampaikan oleh Ketua Umum Kawan Jokowi, Diaz Hendropriyono melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (4/10/2014). Menurutnya, rakyat Indonesia saat ini terlalu fokus terhadap perekonomian di sektor darat.
"Saat ini, cara pandang terhadap Indonesia ini baru ke daratan, belum ke lautan dan udara. Jadi belum menyatu," ujar Diaz.
Ia mencontohkan, rakyat Indonesia belum semuanya makan ikan laut atau hasil laut dan baru memanfaatkan hasil bumi, sehingga cara pandang terhadap laut yang dimiliki Indonesia pun belum terlaksana. "Kita malah kalah sama Jepang yang konsumsi ikannya sangat tinggi. Padahal Indonesia mempunyai lautan yang sangat luas," sambungnya.
Karena belum memandang wilayah Indonesia secara utuh, terutama laut, kata Diaz, nelayan Indonesia masih miskin, karena pembuat kebijakan belum maksimal "memandang" lautan.
"Bung Karno pernah nyatakan, wawasan kita bukan hanya darat atau laut, tapi wawasan nusantara, dari Sabang sampai Mearauke. Pertanyaannya, apakah kita sudah sesuai dengan keinginan Bung Karno?" cetusnya.
Diaz memastikan, bahwa saat ini belum sesuai impian Bung Karno, di antaranya karena rakyat dan pemimpin Indonesia masih mengutamakan darat, seperti dari pola makan di atas. "Kita masih kurang dengan maritim, dulu zaman Soekarno punya 11 kapal selam, sekarang hanya 2 dan sudah uzur. Intinya, sekarang belum ada kemaritiman, karena nelayan masih miskin dan seterusnya," jelas Diaz.
Atas kondisi tersebut, Diaz mengaku salut dan mendukung Presiden terpilih Joko Widodo yang mempunyai visi dan program menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Menurutnya, wawasan nusantara juga harus dibarengi dengan karakteristik bangsa Indonesia, yakni sesuai dengan lima sila Pancasila, yang masing-masing intinya, ketuhanan, kemanusian, persatuan, permusyawaratan, dan kedilan.
"Jadi kalau kita ingin baik dalam wawasan nusantara tersebut, maka harus mengimplementasikan kelima sila Pancasila tersebut sebagai karakter bangsa atau diri kita," tegasnya.
Namun sayangnya, saat ini, rakyat Indonesia juga belum semuanya bisa menerima keberagaman. Bahkan sesuai hasil penelitian, 30 sampai 40 persennya masih bersikap rasis, seperti di Mesir. "Yang dibutuhkan revolusi mental, yakni paradigma atau cara pandang sesuai karakter bangsa. Karakter bangsa itu tadi, lima sila Pancasila," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News