Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Pasar SBN Diprediksi Masih Prospektif hingga Akhir 2021

Husen Miftahudin • 10 Juni 2021 16:35
Jakarta: Daya tarik daya tarik pasar obligasi Indonesia, termasuk Surat Berharga Negara (SBN) diproyeksikan masih akan berlangsung hingga akhir 2021. Hal ini mengklarifikasi spekulasi yang beredar di pasar sebelumnya tentang peluang pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih cepat dari ekspektasi pelaku pasar di Indonesia.
 
Direktur Investasi dan Kepala Makroekonomi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat membeberkan beberapa faktor yang mendorong daya tarik pasar SBN hingga akhir tahun ini. Pertama, karena fundamental Indonesia yang kuat sehingga mampu meningkatkan daya tarik pasar SBN di mata investor.
 
Budi menjelaskan bahwa fundamental perekonomian Indonesia didorong oleh tingkat suku bunga yang rendah. Merujuk pada hasil riset Bahana TCW, The Fed masih akan tetap menjaga suku bunganya di level nol persen sampai 0,25 persen yang akan menjadi ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga.

"Bank Indonesia sendiri diprediksi akan mempertahankan suku bunga di 3,5 persen hingga akhir 2021 ini. Hal ini akan membawa stabilitas bagi pasar SBN hingga akhir tahun," ucap Budi dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 10 Juni 2021.
 
Selain itu, hasil riset Bahana TCW menggambarkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga diprediksi akan stabil bahkan menguat ke depan. Penguatan rupiah akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia.
 
Proyeksi penguatan mata uang Garuda tersebut berdasar pada fundamental perekonomian domestik yang masih terjaga. Hal itu tercermin dari defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) yang tetap positif, inflasi yang terkendali, serta cadangan devisa yang mumpuni.
 
"Pemerintah mampu mengendalikan tingkat inflasi. Tercatat, inflasi tahunan periode Mei sebesar 1,68 persen masih sesuai dengan ekspektasi pasar. Bahana TCW pun memperkirakan tingkat inflasi akan berada di kisaran 2,0 persen hingga 2,5 persen hingga akhir tahun, angka ini sangat aman karena berada di batas bawah target inflasi BI dan juga masih jauh di bawah bond yield yang berada di level 6,4 persen," tuturnya.
 
Faktor domestik lainnya adalah defisit neraca transaksi berjalan yang hingga saat ini lebih rendah dibanding pada saat menjelang taper tantrum 2013. Pada saat itu terjadi koreksi yang cukup dalam di pasar SBN.
 
Selain itu, debt to GDP dalam persentase juga turun serta cadangan devisa sebesar USD136,4 miliar dipandang masih cukup kuat untuk menjaga stabilitas hingga akhir tahun ini.
 
"Dengan demikian Bahana TCW memprediksikan pasar SBN akan mampu bertahan dari gempuran kondisi ekonomi global sehingga capital inflow ke pasar SBN akan masih akan terus terjadi secara gradual hingga akhir tahun," sebut Budi.
 
Faktor lain yang tak kalah penting bagi pasar SBN adalah faktor supply. Bahana TCW melihat pasar SBN akan menguat ke depan karena penerbitan SBN dapat dijaga sesuai rencana, bahkan pemerintah dapat mengurangi penerbitan SBN jika penerimaan negara positif.
 
Adapun realisasi pendapatan negara hingga 30 April 2021 sebesar 33,5 persen. Capaian ini terbilang positif karena angka ini berada di atas tren penerimaan di tahun-tahun sebelumnya, bahkan sebelum pandemi.
 
Menurut Budi, capaian ini salah satunya dikontribusi oleh harga komoditas ekspor seperti batu bara, minyak sawit, dan gas. Ekspor ketiga komoditas tersebut dinilai sangat bagus selama empat bulan terakhir, sehingga mendorong pendapatan negara.
 
Meski begitu, Budi tidak menampik bahwa masih ada risiko terutama yang disebabkan oleh sentimen eksternal. Kondisi pasar keuangan domestik sangat dipengaruhi oleh faktor sentimen eksternal di pasar keuangan global seperti potensi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat, kenaikan inflasi AS, dan penerapan taper tantrum yang lebih cepat dari apa yang diprediksi oleh pasar.
 
"Namun, Bahana TCW memperkirakan Amerika Serikat akan memulai taper pada awal 2022 meskipun informasi tentang penerapan ini akan bergulir di pasar dimulai tahun ini," tutup Budi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan