"Itu sebenarnya falsafah dan prinsip dasar yang saya anut. Orang barangkali memiliki prinsip dan falsafahnya masing-masing," kata SBY, seperti yang disampaikannya melalui Youtube, Jumat (29/8/2014).
Hal tersebut, lanjut SBY, maksudnya adalah misalnya ekonomi negara sedang dalam keadaan sulit, lebih bagus yang menanggung beban itu adalah negara atau pemerintah.
"Jangan justru rakyat yang mendapatkan beban dari ekonomi yang sedang tidak baik itu. Contohnya banyak, dulu ketika ada krisis ekonomi global 2008-2009, ada masalah di mana-mana, kita dengan cepat berkonsolidasi dan memilih solusi ataupun kebijakan yang kita tempuh," bebernya.
Dia mengingatkan instruksinya kala itu, kebijakan fiskal Indonesia meskipun tidak mudah, jangan pernah membebankan rakyat dan jangan merumahkan karyawan.
"Biarlah pemerintah yang kantongnya kempes. Jangan rakyat yang kantongnya kempes, nanti mau makan bagaimana?" tambahnya.
Dia melanjutkan, mungkin APBN belum bisa dikatakan ideal pada masa itu, namun akan kembali pulih dan rakyat tidak dikorbankan. Dia mengakui memang banyak cara akan dilakukan untuk mengatasi ini.
"Banyak cara, misalnya BBM dinaikkan atau hal-hal yang sejenis agar defisit kecil dan bisa membangun infrastruktur seperti bandara, jalan tol dan sebagainya, itu tidak keliru. Tapi pandangan saya lain, adilkah itu bagi rakyat," tegas dia.
Pembangunan infrastruktur, lanjut dia, belum tentu akan langsung dinikmati oleh rakyat Indonesia. Pembangunan infrastruktur masih ada swasta, ketika negara sedang tidak banyak uangnya.
"Ini falsafah saya, kalau memang APBN kurang ideal, kita kelola sebaik-baiknya jangan sampai jatuh. Daripada kita buat seindah mungkin APBN tapi rakyat yang menanggungnya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News