Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dengan besaran defisit tersebut, pemerintah tetap dapat memberikan stimulus pada perekonomian serta melaksanakan program-program pembangunan.
"Target defisit anggaran sebesar Rp307,2 triliun atau setara 1,76 persen PDB," ujar Ani sapaannya dalam penyampaian pendapat akhir pemerintah dalam Rapat Paripurna di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa 24 September 2019.
Berbagai stimulus perekonomian tersebut diyakini mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, serta pengurangan kemiskinan.
Apalagi target pembangunan yang disepakati antara lain, angka pengangguran sebesar 4,8-5,0 persen, angka kemiskinan 8,5-9 persen, gini rasio 0,375-0,380, serta indeks pembangunan manusia (IPM) 72,51. "Pemerintah tetap dapat memberikan stimulus pada perekonomian," ungkap dia.
Lebih lanjut, Ani menjelaskan pengendalian defisit anggaran 2020 dilakukan untuk menjaga kesinambungan fiskal serta memberikan ruang gerak yang lebih besar dalam menghadapi risiko gobal.
Menurutnya pelonggaran fiskal secara terukur diperlukan untuk menetralisir pengaruh perlemahan global serta menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di atas lima persen. "Peranan APBN sebagai instrumen counter cyclical menjadi sangat penting," pungkas Ani.
Adapun postur APBN 2020 yang disetujui antara lain pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen, tingkat Inflasi sebesar 3,1 persen, nilai tukar rupiah rata-rata Rp14.400 per USD, tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,4 persen, harga minyak mentah Indonesia rata-rata USD63 per barel, lifting minyak rata-rata 755 ribu barel per hari dan lifting gas rata-rata 1.191 ribu barel setara minyak per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News