Agus mengatakan, tantangan eksternal ke depan dilihatnya tidak ringan dan sarat kejutan. Kendati ekonomi global terlihat mulai pulih, namun dengan laju pertumbuhan yang masih terlalu rendah dan sangat rentan.
"Meskipun Amerika Serikat sebagai lokomotif ekonomi dunia mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang konsisten, tren
pertumbuhannya menurun dibanding sebelum krisis global," tutur Agus, dalam sambutannya saat Bankers Dinner, di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (20/11/2014) malam.
Agus memaparkan, bersama dengan "new normal growth" di Amerika Serikat ini, pemulihan ekonomi di kawasan Eropa dan di Jepang masih terbilang rapuh. Ancaman deflasi masih membayangi kedua perekonomian tersebut. Di tengah masih belum berimbangnya kinerja ekonomi negara maju, Tiongkok sebagai salah satu penopang ekonomi global akan tumbuh melambat.
"Perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai 'sentra 5 manufaktur global' ini perlu kita waspadai, karena dapat berlangsung lama dan berdampak besar ke perdagangan dunia," ungkap Agus.
Menurut dia, konstelasi global sampai penghujung 2014 tersebut menandakan bahwa ekonomi dunia saat ini, dan mungkin sampai tahun depan, masih terbang dengan satu mesin, yaitu mesin pertumbuhan Amerika Serikat, yang kekuatannya pun sedang menurun.
"Dampaknya telah kita rasakan, berupa menguatnya persaingan memperebutkan pasar ekspor global," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News