Presiden Jokowi meminta agar dwelling time bisa ditekan hingga dua hari, melihat Malaysia yang sudah mampu dua hari dan Singapura yang hanya satu hari. Indonesia sendiri, masih kalah jauh dari kedua negara tersebut.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui jika dwelling time saat ini masih jauh dari harapan presiden. Meski sudah mampu ditekan dari kisaran 6-7 hari menjadi 3,3 hari saat ini, namun perlu ditekan kembali agar mampu menggejot ekspor.
"Dwelling time sekarang masih belum (sesuai harapan Presiden Jokowi)," ujar Darmin singkat saat ditemui di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (23/5/2016) malam.
Pihaknya masih terus berupaya agar dwelling time terus dapat ditekan sehingga sesuai dengan keinginan Jokowi. Akan tetapi, untuk mencapainya bukanlah perkara mudah. Sebab, membutuhkan waktu agar bisa menyamakan koordinasi dengan kementerian/lembaga (K/L) lainnya.
"Kita memang mau mengarah menjadi dua hari, sesuai permintaan Presiden. Tapi masih butuh waktu sebenarnya. Ada tadi cara itu, tapi perlu perubahan sejumlah peraturan operasional," imbuh dia.
Salah satu yang kini diupayakan adalah penguatan kelembagaan dan pemberian kewenangan yang lebih luas kepada pengelola portal Indonesia National Single Window (INSW). Darmin pun memanggil menteri-menteri terkait dan menyepakati untuk merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 76 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Portal INSW.
Portal INSW menjadi salah satu ujung tombak cepat-lambatnya ekspor impor. Sebab izin ekspor impor yang ada di kementerian menjadi lebih mudah diberikan pada pengusaha melalui portal INSW. Dampaknya, mampu menekan dwelling time.
"Kita memang harus memperkuat kelembagaan INSW supaya mereka lebih bisa koordinasi agar dwelling time bisa ditekan. Revisi Perpresnya sedang dipersiapkan dan mudah-mudahan cepat selesainya," pungkas Darmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News