"Seiring dengan kembali stabilnya rupiah dan outlook inflasi yang relatif terkendali di 2016 maka kita harapkan konsiderasi penurunan BI rate perlu dilakukan," urai Enny, ditemui dalam acara diskusi akhir tahun dengan mengusung tema 'Catatan Akhir Tahun Indef terkait Retorika Nawacita' di kantor Indef, Jakarta, Rabu (30/12/2015).
Menurut Enny, suku bunga perbankan di Indonesia merupakan yang tertinggi jika dibandingkan negara Asia lainnya yang kurang dari lima persen. Wajar jika dia menganggap BI rate yang dipatok 7,5 persen belum berpihak pada sektor riil.
Enny menekankan, sudah sebelas bulan BI rate bertahan di level 7,5 persen, padahal tingkat inflasi tahunan (year on year) semakin menunjukkan penurunan terutama setelah periode puasa dan Lebaran. Di mana posisi inflasi per November sebesar 4,89 persen (YoY).
"Volatilitas nilai tukar rupiah bukan hanya bersiat temporer. Misalnya karena menantikan keputusan kenaikan The Fed, justru saat keputusan The Fed tiba, tidak terlihat gejolak yang signifikan pada nilai tukar. Artinya persoalan yang paling krusial dari gejolak nilai tukar, sebetulnya bersumber dari ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap faktor asing," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id