Ilustrasi. FOTO: MI/ATET DWI PRAMADIA
Ilustrasi. FOTO: MI/ATET DWI PRAMADIA

Stabilitas Ekonomi Terjaga, Pasar SBN Dinilai Masih Menarik bagi Asing

Husen Miftahudin • 19 Juni 2021 11:43
Jakarta: Analisis PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) memperkirakan dalam jangka pendek kondisi pasar keuangan Indonesia khususnya perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) masih akan atraktif, khususnya bagi investor asing. Ada sejumlah faktor yang akan memengaruhi ekspektasi investor dalam berinvestasi di SBN.
 
"Di antaranya stabilitas ekonomi Indonesia, imbal hasil SBN kita yang masih tinggi, dan likuiditas di pasar global yang masih berlebih. Stabilitas ekonomi dan yield SBN yang tinggi kami perkirakan juga masih mampu menarik investor asing ke Indonesia," ucap Direktur Investasi dan Kepala Makroekonomi Bahana TCW Budi Hikmat, dalam keterangan resminya, Sabtu, 19 Juni 2021.
 
Saat ini, sebutnya, stabilitas ekonomi Indonesia masih terjaga. Nilai tukar rupiah yang stabil, inflasi terjaga di bawah target, neraca perdagangan Mei surplus USD2,36 miliar, dan juga suku bunga acuan sebesar 3,50 persen membuat real rate Indonesia tetap positif dan menunjukkan kebijakan moneter yang pruden.

Sementara itu, menurut Budi, rilis data makroekonomi di Amerika Serikat (AS) di mana angka inflasi melonjak hingga 5,0 persen (yoy) yang sempat menimbulkan spekulasi kebijakan percepatan tapering oleh The Fed dapat memicu capital inflow dalam waktu dekat.
 
Budi menjelaskan bahwa data inflasi AS tidak akan begitu berpengaruh bagi investor global karena inflasi AS sebesar 5,0 persen tersebut bersifat temporer. Hal ini terlihat dari penyumbang terbesar angka inflasi AS, yakni kenaikan biaya transportasi dalam hal ini harga mobil bekas. Sementara indikator utama seperti harga bahan pokok masih terkendali.
 
Budi menambahkan, The Fed juga menyatakan hal yang sama bahwa inflasi hanya bersifat temporer dan akan segera membaik. Dalam proyeksi terbaru, Fed menunjukan inflasi mulai turun pada 2022. Akibatnya, ekspektasi inflasi pasar jangka panjang berangsur turun. Rilis opini anggota Fed mensinyalkan bahwa kenaikan suku bunga baru akan terjadi pada 2023.
 
"Sedangkan taper (tantrum) kami perkirakan baru akan dimulai pada awal 2022. Menurut pandangan kami, saat ini pelaku pasar global percaya dengan sinyal yang diberikan oleh The Fed bahwa kebijakan moneter masih akan tetap akomodatif, setidaknya hingga akhir tahun ini," ungkapnya.
 
Dengan kondisi seperti ini, diperkirakan pelaku pasar global akan tetap menyalurkan likuiditas yang berlebih di pasar emerging market yang masih menawarkan yield tinggi hingga akhir tahun ini.
 
Yield SBN Indonesia tenor 10-tahun sebesar 6,57 persen dipandang masih menarik dibandingkan yield obligasi tenor 10 tahun AS yang diperkirakan dalam kisaran antara 1,37 persen sampai 1,88 persen.
 
"Ini terlihat dari dana asing yang masuk ke SBN per tanggal 15 juni sebesar Rp6,6 triliun. Kami memperkirakan tren positif net buy asing di pasar SBN akan terus berlanjut selama semester kedua tahun ini," tutup Budi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan