"Hitungan kasar saya, dengan kondisi demikian, inflasi secara umum akan berada di kisaran 0,15 persen sampai 0,2 persen (month to month/mtm) di Mei ini," tuturnya saat dihubungi, dilansir dari Mediaindonesia.com, Senin, 10 Mei 2021.
Yusuf bilang, sejak memasuki bulan Ramadan di medio April, potensi penaikan inflasi telah terlihat. Salah satu yang paling mencolok ialah terjadinya kenaikan harga pangan strategis seperti daging sapi, telur ayam ras, hingga bawang.
Meski tidak mengalami kenaikan harga yang signifikan, selisih perubahan harga itu akan memengaruhi tingkat inflasi. Apalagi, imbuh Yusuf, kelompok pengeluaran pangan memiliki andil yang besar terhadap tingkat inflasi.
"Inflasi sub-kelompok pangan merupakan kelompok inflasi yang mempunyai kontribusi besar dalam penghitungan inflasi secara keseluruhan. Jadi itu akan berpengaruh," jelas Yusuf.
Lebih lanjut, peningkatan inflasi secara menyeluruh itu juga akan didorong oleh meningkatnya inflasi inti. Inflasi inti merupakan komponen pembentuk inflasi yang menggambarkan daya beli. Yusuf bilang, inflasi inti akan meningkat seiring dengan bertenggernya Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia di level ekspansi dan menunjukkan naiknya permintaan kepada industri pengolahan.
"Di sisi lain, masyarakat yang mendapatkan THR juga berpeluang mendorong spending mereka di bulan ini. Secara anekdotal kita bisa melihat ini pada ramainya pusat-pusat perbelanjaan menjelang hari Lebaran di beberapa kota besar di Indonesia. Sehingga daya beli masyarakat akan relatif lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, sehingga ini akan tergambar pada angka inflasi inti nanti," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News