Dalam paparannya tersebut, Bambang cukup was-was terhadap produksi minyak dalam negeri yang berbeda dengan asumsi APBN 2016. Minyak mengalami penurunan produksi menjadi 785,2 ribu barel per hari, padahal dalam asumsi APBN 2016 sendiri ditetapkan sebesar 830 ribu barel per hari.
"Produksi minyak memang sedang tidak baik karena harga menurun. Namun untuk gas ini cukup bagus dengan realisasi yang lebih tinggi," kata Bambang di ruang rapat Komisi XI DPR RI Senayan, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2016).
Sementara untuk nilai tukar rupiah kondisinya menguat dibandingkan dengan asumsi APBN 2016.
"Rupiah membaik dari asumsi APBN 2016. Kita harapkan sepanjang tahun bisa tetap stabil," imbuhnya.
Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi Bambang menunggu rilis resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dalam APBN 2016, pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 5,3 persen.
"Belum bisa kita sampaikan. Karena kita menunggu rilis resmi dari BPS," pungkas dia.
Berikut realisasi asumsi makro ekonomi pada kuartal I-2016 (Januari-Maret):
1. Inflasi 4,45 persen (yoy) sedangkan APBN 2016 sebesar 4,7 persen. Kurs Rp13.527/USD sedangkan APBN 2016 adalah Rp13.900 per USD.
2.SPN tiga bulan 5,9 persen sedangkan APBN 2016 adalah 5,5 persen.
3. ICP USD30,2 per barel sedangkan APBN 2016 adalah USD50 per barel.
3. Minyak 785,2 ribu barel per hari sedangkan APBN 2016 mencapai 830 ribu barel per hari.
4. Gas 1,2 juta barel setara minyak sedangkan APBN 2016 mencapai 1,1 juta barel setara minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News