Potensi investasi di sektor lain semakin menggiurkan jika melihat kondisi perekonomian yang berbeda. Senior Vice President and Head of Wealth Management, HSBC Indonesia, Steven Suryana mengatakan, penurunan suku bunga deposito memaksa masyarakat untuk lebih memilih instrumen investasi jangka panjang.
"Kalau kita lihat apa yang beda tahun ini? Januari, Februari, Maret itu Bank Indonesia (BI) berturut-turut menurunkan suku bunga. Awal Januari masih di 7,5 persen, sekarang sudah 6,75 persen," kata Steven di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Selasa (12/4/2016).
Selain penurunan BI rate, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah menurunkan acuan bunga deposito dengan skema BI rate plus 100 basis poin dari BI rate plus 225 basis poin untuk bank BUKU 3. Sedangkan bank sentral negara lain seperti Jepang dan Uni Eropa juga menerapkan kebijakan negative interest rate.
"Makanya kalau inflasi itu terus turun, kita akan melihat tren suku bunga juga turun. Apalagi ini sejalan dengan keinginan pemerintah untuk membuat suku bunga pinjaman juga turun," jelas dia.
Dirinya meyakini jika kesempatan yang dimiliki nasabah untuk beralih ke produk investasi lainnya cukup terbuka. Hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan porsi investasi lebih besar oleh masyarakat di wealth management.
"Kita melihat ini positif bagi bisnis wealth management. Karena banyak sekali produk asuransi yg tersedia, ada saham, ada reksa dana, ada obligasi ritel di ORI. Ritel sukuk itu juga nasabah luar biasa yang investasi di sana," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id