Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu Deni Ridwan mengatakan, penerbitan SBN secara nett sebelum pandemi hanya sekitar Rp300 triliun. Namun, sejak tahun lalu hingga 2021, jumlahnya melonjak mencapai Rp1.000 triliun secara nett.
"Biasanya kita menerbitkan SBN secara nett itu sekitar Rp300 triliun tetapi pas masa pandemi dari 2020 lalu sampai 2021 ini kita menerbitkan nett sekitar Rp1.000 triliun. Jadi hampir tiga kali lipat," kata dia dalam webinar di Jakarta, Senin, 21 Juni 2021.
Ia menambahkan, kenaikan penerbitan surat utang ini disebabkan oleh turunnya pendapatan negara terutama penerimaan pajak. Padahal pada saat yang sama belanja pemerintah mengalami kenaikan untuk menekan dampak pandemi covid-19 bagi masyarakat maupun dunia usaha.
"Kenapa demikian? Pertama, kita dari sisi pajak kan mengalami penurunan karena aktivitas ekonomi berkurang. Kemudian kita juga memberikan insentif pajak dalam rangka mendukung dunmi/raia usaha. Di sisi lain belanja kita justru meningkat," ungkapnya,
Deni menjelaskan, kenaikan belanja ini digunakan pemerintah untuk penanganan pandemi dari sisi kesehatan baik biaya perawatan hingga vaksin gratis. Selain itu, pemerintah memberi bantuan sosial kepada masyarakat rentan, serta dukungan bagi dunia usaha.
"Hasilnya apa? Trennya saat ini sudah semakin baik pemulihannya. Bahkan kemarin di DPR Ibu Sri Mulyani menteri keuangan menyampaikan bahwa proyeksi kita pertumbuhan ekonomi di kuartal II tahun 2021 bisa antara 7,1 sampai 8,3 persen," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News