Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Menakar Kekuatan Ekonomi RI di Tahun Resesi

Ade Hapsari Lestarini • 12 Desember 2022 14:21
Jakarta: Pertumbuhan ekonomi dalam negeri terpantau masih berkembang positif. Namun demikian, Indonesia tetap harus mewaspadai dampak pandemi covid-19 dan sejumlah risiko yang dapat memengaruhi perekonomian Tanah Air.
 
"Seperti belum membaiknya kondisi geopolitik Rusia-Ukraina sehingga berimbas terhadap peningkatan inflasi di sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia," ujar CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, saat Economic Outlook 2023 dengan tema 'Ancaman Resesi 2023 di Depan Mata, Fakta atau Hoax?', dikutip dalam keterangan resminya, Senin, 12 Desember 2022.
 
Menurut Johanna Gani, melalui economic outlook ini, Grant Thornton berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan memberikan gambaran atas kondisi ekonomi yang akan dihadapi, baik di Indonesia maupun global pada 2023. Kemudian melihat bagaimana kesiapan pemerintah Indonesia untuk mencegah perekonomian Indonesia masuk ke jurang resesi, serta insight-insight apa saja yang perlu pelaku usaha ketahui untuk menyambut 2023.

Ekonom Indef Ariyo DP Irhamna menambahkan, meskipun pertumbuhan ekonomi global akan mengalami perlambatan di 2023 akibat kenaikan harga energi dan komoditas pangan, harus disyukuri karena ekonomi Indonesia masih tumbuh positif di kisaran lima persen. Selain itu, neraca perdagangan juga bertahan dalam posisi surplus selama 29 bulan berturut-turut.
 
"Hal tersebut disebabkan karena kinerja ekspor dan impor Indonesia yang tidak terhubung erat dengan ekonomi global sehingga ancaman resesi global terhadap perekonomian Indonesia tidak akan terlalu terasa namun hanya akan melambat. Ditambah dengan ekonomi mitra dagang negara utama Indonesia seperti Tiongkok dan Amerika Serikat pada 2022 triwulan II yang tetap mengalami pertumbuhan," ungkap Ariyo.
 
Baca juga: Bersiap Hadapi Resesi Global 2023

Beberapa poin-poin menarik mengenai tantangan ekonomi global dan domestik 2023 berdasarkan hasil diskusi pada media talkshow Grant Thornton Indonesia terangkum sebagai berikut:
  1. Tantangan global: inflasi tinggi, pengetatan moneter (suku bunga tinggi), eskalasi perang Rusia-Ukraina, harga energi tinggi, likuiditas keuangan global yang ketat, dan capital outflow dari emerging market.
  2. Tantangan domestik: menjelang pemilu, investor cenderung wait and see, inflasi tinggi membayangi, penurunan daya beli, peningkatan biaya produksi, depresiasi rupiah, inflasi pangan dan transportasi kemudian bayangan PHK yang kemungkinan akan berlanjut.
Grant Thornton Indonesia juga menilai pada 2023 penuh tantangan bagi pelaku usaha, namun perlu menyikapi isu tersebut secara bijak dengan tidak melihatnya sebagai suatu persoalan yang membahayakan namun dapat menjadi sebuah peluang.
 
Assurance Partner Grant Thornton Indonesia Alexander Tjahyadi mengatakan resesi global dapat membawa dampak bagi kegiatan usaha di setiap sektor industri, namun isu tersebut dapat disikapi secara bijak.
 
"Kami di Grant Thornton selalu membantu perusahaan klien-klien kami dalam menyusun strategi yang tepat dan benar, dengan mengkapitalisasi networking yang baik, serta memaksimalkan sumber daya yang tersedia," paparnya.
 
Berjuang di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif dan gejolak geopolitik global, perekonomian Indonesia masih menunjukkan tren positif di berbagai indikator. Meskipun demikian, menyambut 2023, Indonesia tetap harus waspada dan mengantisipasi ancaman resesi 2023.
 
"Agar tetap berada dalam jalur pertumbuhan positif, pemerintah sebaiknya mengoptimalkan belanja negara untuk sektor yang lebih penting seperti pendidikan, kesehatan, dan juga energi. Saya lebih optimistis menyambut 2023 karena kita sudah melewati masa sulit tahun-tahun sebelumnya seperti pandemi covid-19 dan juga naiknya suku bunga global beberapa kali sehingga kita bisa lebih siap untuk memasuki 2023," ungkap Ariyo.
 
Menurut Alexander, pada 2023, pelaku usaha bisa lebih siap menghadapi ketidakpastian perekonomian 2023 dengan berkaca dari tahun sebelumnya, sehingga pelaku usaha dapat mengantisipasi dampak dari moneter, fiskal dan likuiditas, harga bahan baku yang terus meningkat, kurs mata uang asing yang volatile.
 
"Sehingga mereka dapat menentukan strategi yang tepat dan make the right decision untuk spending yang smart," pungkasnya.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan