Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani menegaskan hal itu dalam pertemuan High Level Week United Nations General Assembly Ke-73, di New York, Amerika Serikat, pekan lalu.
Ia memandang penting upaya penguatan pola hidup sehat di tengah masyarakat di samping pengembangan obat baru yang lebih efektif dan terjangkau, peningkatan kapasitas pekerja kesehatan, dan berbagi pengetahuan serta pengalaman penanganan risiko penyakit.
"Hingga saat ini, lebih dari 40 juta orang di seluruh dunia meninggal karena penyakit tidak menular," ujarnya selaku ketua delegasi Indonesia pada Plenary High-Level Meeting on Non-communicable Diseases.
Ia beralasan, menurunkan sepertiga kematian dini akibat PTM pada 2030 merupakan salah satu target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Respons positif atas rencana Menteri Puan pun diperoleh dari Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf. Namun, ia berpesan, rencana itu perlu dimatangkan melalui kajian lintas sektor.
Direktur Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan Cut Putri Arianie menyadari kebijakan penerapan cukai untuk makanan tinggi kadar gula akan ditentang pengusaha. Namun, ia menegaskan kebijakan itu akan menjadi investasi jangka panjang bangsa ini.
"Menurunnya makanan manis itu investasi yang sangat besar untuk bangsa ini karena masyarakat Indonesia menjadi terhindar dari PTM dan menjadi individu sehat yang berkualitas," sebutnya, Minggu, 30 September 2018.
Di sisi lain, Cut membantah bahwa kampanye Gerakan Masyarakat Sehat yang digaungkan Kemenkes sejak 2017 tidak cukup efektif meredam tingginya angka PTM seperti diabetes dan obesitas.
"Dari pemerintah sudah banyak kegiatan pencegahan dan promosi tentang itu. Tapi, masyarakatnya mau mengubah perilaku, nggak?"
Pentingnya Pencegahan
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono mengatakan konsumsi gula berlebih memang jadi salah satu faktor utama penyebab penyakit tidak menular. Karena itu, langkah pencegahan menjadi penting untuk menekan angka prevalensinya.
"Penyakit tidak menular seperti DM memang diakibatkan konsumsi gula berlebih. Akibat ini juga menyangkut pola konsumsi atau perilaku masyarakat dalam jangka panjang," ujar Anung saat dihubungi, Sabtu, 29 September 2018.
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi DM mengalami peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,4 persen (2013). Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6 persen), DKI Jakarta (2,5 persen), dan Sulawesi Utara (2,4 persen).
Sementara itu, lebih dari sepertiga penduduk (36,6 persen) mengalami keadaan glukosa darah puasa (GDP) terganggu atau pradiabetes. Proporsi penduduk dengan GDP terganggu di perdesaan lebih tinggi.
Wacana pengenaan cukai untuk makanan berkadar gula tinggi bukan yang pertama. Sebelumnya, pernah ada wacana untuk produk minuman bersoda berpemanis yang ditolak mentah-mentah oleh pengusaha. (Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id