"Utang enggak jelek, utang bisa jelek kareka digunakan untuk hal-hal yang konsumtif," tutur Sofyan, di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat, 27 Februari 2015 malam.
Menurutnya, selama digunakan untuk hal-hal yang bersifat produktif seperti membiayai pembangunan infrastruktur, utang tidak menjadi masalah berarti. Yang terpenting yakni bisa membayar utang tersebut pada saat jatuh tempo. Dia menyebutkan, banyak perusahaan yang menjadi besar karena utang. Mereka mampu mengelola utang dengan baik.
"Kalau berutang untuk investasi, utang untuk masa depan yang lebih baik (enggak apa-apa), yang penting dibayar," kata dia.
Terlebih, dirinya mengingatkan, jangan sampai utang tersebut digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna. "Jangan utang buat makan, buat beli gadget, enggak produktif," ucapnya.
Lagipula, lanjutnya rasio utang luar negeri Indonesia terhadap PDB saat ini masih rendah, di bawah 30 persen, di banding negara-negara lain yang umumnya di kisaran 100-200 persen.
"ULN kita masih rendah, kalau di luar negeri (negara lain) sangat tinggi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News