Jakarta: Pemerintah serius memantapkan strategi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini diwujudkan dalam berbagai upaya, di antaranya melalui komitmen pencapaian net zero emissions di 2060 atau lebih cepat. Lewat hal tersebut, ekonomi hijau dapat diharapkan menjadi mainstream dari kebijakan pemerintah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan energi alternatif atau renewable energy memiliki cost competitive yang setara sekaligus dapat menjaga baseload yang diperlukan dalam pertumbuhan ekonomi.
Pembiayaan hijau juga berperan penting dalam mendukung transformasi ekonomi hijau di Indonesia. Terkait pembiayaan hijau tersebut, Menko Airlangga menekankan pemerintah mendorong berbagai instrumen antara lain green sukuk dan juga beberapa pemanfaatan dari refinancing green sukuk dengan pengembangan pembangunan fasilitas dan infrastruktur energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya, mikrohidro, dan minihidro.
"Instrumen alternatif seperti blended finance juga disiapkan, terutama skema pembiayaan dengan menampung dana dari filantropi atau swasta serta dari berbagai lembaga pengelola dana multinasional ataupun perencanaan seperti ADB atau World Bank. Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup juga telah didirikan untuk membantu pembiayaan pada program ekonomi hijau," jelas Airlangga dikutip dari siaran pers, Kamis, 22 September 2022.
Lebih lanjut, Airlangga juga menjelaskan beberapa program EBT di Indonesia dibantu dari pembiayaan lembaga-lembaga yang berbentuk Development Finance Institution (DFI) dan Export Credit Agency (ECA). Sebagai informasi, diperkirakan Indonesia membutuhkan investasi hingga 2060 sebesar Rp77 ribu triliun untuk mencapai berbagai target mencapai net zero emissions.
Airlangga menyampaikan koordinasi dan integrasi menjadi penting dalam melakukan transformasi ekonomi hijau karena transformasi tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab seluruh stakeholder.
"Negara-negara lain tengah berlomba untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau, termasuk Indonesia. Ke depan, pangsa bahan bakar fosil akan berkurang dan energi bersih akan meningkat. Tentunya ini akan kita dorong untuk memperbaiki bauran energi," pungkas Airlangga.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan energi alternatif atau renewable energy memiliki cost competitive yang setara sekaligus dapat menjaga baseload yang diperlukan dalam pertumbuhan ekonomi.
Pembiayaan hijau juga berperan penting dalam mendukung transformasi ekonomi hijau di Indonesia. Terkait pembiayaan hijau tersebut, Menko Airlangga menekankan pemerintah mendorong berbagai instrumen antara lain green sukuk dan juga beberapa pemanfaatan dari refinancing green sukuk dengan pengembangan pembangunan fasilitas dan infrastruktur energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya, mikrohidro, dan minihidro.
"Instrumen alternatif seperti blended finance juga disiapkan, terutama skema pembiayaan dengan menampung dana dari filantropi atau swasta serta dari berbagai lembaga pengelola dana multinasional ataupun perencanaan seperti ADB atau World Bank. Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup juga telah didirikan untuk membantu pembiayaan pada program ekonomi hijau," jelas Airlangga dikutip dari siaran pers, Kamis, 22 September 2022.
Baca juga: Gas Alam Berperan Penting dalam Transisi ke Energi Terbarukan |
Lebih lanjut, Airlangga juga menjelaskan beberapa program EBT di Indonesia dibantu dari pembiayaan lembaga-lembaga yang berbentuk Development Finance Institution (DFI) dan Export Credit Agency (ECA). Sebagai informasi, diperkirakan Indonesia membutuhkan investasi hingga 2060 sebesar Rp77 ribu triliun untuk mencapai berbagai target mencapai net zero emissions.
Airlangga menyampaikan koordinasi dan integrasi menjadi penting dalam melakukan transformasi ekonomi hijau karena transformasi tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab seluruh stakeholder.
"Negara-negara lain tengah berlomba untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau, termasuk Indonesia. Ke depan, pangsa bahan bakar fosil akan berkurang dan energi bersih akan meningkat. Tentunya ini akan kita dorong untuk memperbaiki bauran energi," pungkas Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News