Pada semester I-2019, pertumbuhan ekonomi tercatat hanya 5,1 persen dari target 5,3 persen. Bahkan untuk tahun ini pemerintah hanya mematok ekonomi tumbuh 5,2 persen atau lebih rendah dari target yang telah ditetapkan.
"Kinerja ekspor menurun karena penurunan permintaan dari negara utama yakni Amerika Serikat (AS), Tiongkok dan Eropa," kata dia, kepada Medcom.id di Jakarta, Rabu, 17 Juli 2019.
Dirinya menambahkan, kinerja ekspor nasional juga terpengaruh oleh turunnya harga komoditas ekspor. Tak hanya itu, perkembangan eksternal membuat ekspor Indonesia sulit meningkat sepanjang semester I-2019.
"Penurunan harga beberapa komoditas ekspor. Bukan saja karena perang dagang tapi juga karena ada diskriminasi, misalnya, kasus sawit di Eropa," jelas dia
Untuk investasi, faktor global menjadi penyebab utama rendahnya realisasi di awal tahun ini. Hal itu meski Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi kuartal I-2019 mencapai Rp195,1 triliun atau naik 5,3 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar Rp185,3 triliun.
"Rendahnya laju investasi khususnya penanaman modal asing. Masih banyaknya hambatan dan ketidakpastian investasi jadi persoalan utama di samping tren global investasi menurun," ungkapnya.
Sementara di dalam negeri, pertumbuhan konsumsi belum mampu mengangkat kinerja perekonomian. Bhima menilai masyarakat menengah atas masih menahan belanjanya sehingga pertumbuhan konsumsi belum terlalu maksimal.
"Perlambatan konsumsi dalam negeri yang berkontribusi 57 persen terhadap kue PDB. Kelas pengeluaran paling atas cenderung untk menahan belanja," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id