Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengatakan, posisi suku bunga yang berada di atas inflasi adalah hal yang wajar di berbagai negara. Sebab secara teori, tingkat suku bunga acuan akan selalu berada di atas inflasi.
"BI rate tidak bisa turun signifikan karena inflasi kita masih tinggi. Suku bunga itu sulit sekali untuk bisa di bawah inflasi, teorinya suku bunga harus ada sedikit di atas inflasi," kata dia di Hotel Millenium, Jakarta Pusat, Senin (15/8/2016).
Dirinya menambahkan, kondisi likuiditas juga mempengaruhi penetapan suku bunga oleh BI. Ketika terjadi banjir likuiditas, suku bunga antar bank turun secara otomatis meskipun BI sebelumnya telah menurunkan BI rate.
"Pada saat ini banjir likuiditas maka suku bunga antar bank turun. Padahal saat itu BI menurunkan BI rate, tetapi tidak bisa turun signifikan, yang bisa turun signifikan deposit facility rate (DFR)," jelas dia.
Selain itu, penetapan suku bunga acuan di bawah inflasi juga akan mendapatkan protes dari para deposan. Apalagi, orang-orang yang memiliki tabungan di atas Rp2 miliar merupakan mayoritas pemegang rekening terbanyak di perbankan.
Menurut data bank sentral, pemilik rekening di atas Rp2 miliar sebanyak 221 ribu rekening dengan nominal balance Rp2.494 triliun atau 54,65 persen terhadap total simpanan. Sementara yang di bawah Rp2 miliar itu nominal balancenya Rp2.069 triliun atau 45,35 persen
"Saya ambil contoh orang-orang kaya itu mereka itu enggak mau jika inflasi lima persen, dikasih bunga tiga persen. Tapi kalau penabung kecil (di bawah Rp2 miliar) itu enggak punya pilihan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News