Jakarta: Wabah virus Korona yang diduga berasal dari Kota Wuhan, Tiongkok juga berpotensi memberikan dampak pada penerimaan negara.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan virus tersebut tentu akan berdampak pada ekonomi Tiongkok. Permintaan dari negara tersebut tentu akan berkurang dan berdampak pada perdagangan.
Sebagai mitra dagang utama, penurunan permintaan tersebut tentu akan berdampak pada ekspor Indonesia. Apalagi Tiongkok menjadi tujuan utama ekspor Indonesia. Demikian juga dengan impor yang kebanyakan berada dari negeri Tirai Bambu tersebut.
Suahasil mengatakan penurunan kinerja perdagangan juga akan berimbas pada penurunan pendapatan negara. Hal tersebut akan tercermin pada pendapatan pajak ekspor dan impor yang terefleksi di bea masuk dan bea keluar.
Demikian juga dengan beberapa dampak pada harga komoditas tambang juga akan mempengaruhi penerimaan royalti yang masuk ke dalam penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Namun demikian Suahasil belum mau menyebutkan seberapa besar dampaknya pada penerimaan negara.
"Kita lihat deh bagaimana pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang akan terjadi pada kuartal satu. Tentu kita akan perhatikan terus, kalau perdagangan memang kalau ada impact-nya. Kita lihat saja nanti efeknya bagaimana, kan semua berhubungan (termasuk ke penerimaan negara)," kata Suahasil menjawab pertanyaan Medcom.id, Kamis 13 Februari 2020.
Kepala BPS Suhariyanto pernah mengatakan Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia baik dari sisi ekspor maupun impor. Ia bilang semua kegiatan ekonomi yang terjadi di Tiongkok tentu akan terefleksi pada Indonesia.
"Karena ekspor utama kita ke Tiongkok dan impor utama kita juga dari Tiongkok, apa yang terjadi di Tiongkok pasti akan berpengaruh terhadap permintaan dan pengiriman barang," kata Suhariyanto.
Berdasarkan data BPS, dalam ekspor nonmigas sepanjang 2019, Tiongkok menjadi tujuan utama. Ekspor ke Tiongkok mencapai USD25,85 miliar atau 16,68 persen dari total ekspor nonmigas yang mencapai USD154,99 miliar.
Di Desember saja saat virus tersebut belum merebak, ekspor ke Tiongkok mengalami penurunan USD101,2 juta.
Selain itu, Tiongkok juga masih menjadi negara utama asal impor Indonesia. Sepanjang 2019, impor nonmigas dari Tiongkok mencapai USD44,58 miliar atau 29,95 persen dari total impor nonmigas USD148,84 miliar.
Sementara pada Desember 2019, impor dari Tiongkok juga sempat mengalami penurunan USD123 juta. Sepanjang 2019, Indonesia masih mencatatkan defisit perdagangan dengan Tiongkok sebesar USD18,72 miliar.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan virus tersebut tentu akan berdampak pada ekonomi Tiongkok. Permintaan dari negara tersebut tentu akan berkurang dan berdampak pada perdagangan.
Sebagai mitra dagang utama, penurunan permintaan tersebut tentu akan berdampak pada ekspor Indonesia. Apalagi Tiongkok menjadi tujuan utama ekspor Indonesia. Demikian juga dengan impor yang kebanyakan berada dari negeri Tirai Bambu tersebut.
Suahasil mengatakan penurunan kinerja perdagangan juga akan berimbas pada penurunan pendapatan negara. Hal tersebut akan tercermin pada pendapatan pajak ekspor dan impor yang terefleksi di bea masuk dan bea keluar.
Demikian juga dengan beberapa dampak pada harga komoditas tambang juga akan mempengaruhi penerimaan royalti yang masuk ke dalam penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Namun demikian Suahasil belum mau menyebutkan seberapa besar dampaknya pada penerimaan negara.
"Kita lihat deh bagaimana pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang akan terjadi pada kuartal satu. Tentu kita akan perhatikan terus, kalau perdagangan memang kalau ada impact-nya. Kita lihat saja nanti efeknya bagaimana, kan semua berhubungan (termasuk ke penerimaan negara)," kata Suahasil menjawab pertanyaan Medcom.id, Kamis 13 Februari 2020.
Kepala BPS Suhariyanto pernah mengatakan Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia baik dari sisi ekspor maupun impor. Ia bilang semua kegiatan ekonomi yang terjadi di Tiongkok tentu akan terefleksi pada Indonesia.
"Karena ekspor utama kita ke Tiongkok dan impor utama kita juga dari Tiongkok, apa yang terjadi di Tiongkok pasti akan berpengaruh terhadap permintaan dan pengiriman barang," kata Suhariyanto.
Berdasarkan data BPS, dalam ekspor nonmigas sepanjang 2019, Tiongkok menjadi tujuan utama. Ekspor ke Tiongkok mencapai USD25,85 miliar atau 16,68 persen dari total ekspor nonmigas yang mencapai USD154,99 miliar.
Di Desember saja saat virus tersebut belum merebak, ekspor ke Tiongkok mengalami penurunan USD101,2 juta.
Selain itu, Tiongkok juga masih menjadi negara utama asal impor Indonesia. Sepanjang 2019, impor nonmigas dari Tiongkok mencapai USD44,58 miliar atau 29,95 persen dari total impor nonmigas USD148,84 miliar.
Sementara pada Desember 2019, impor dari Tiongkok juga sempat mengalami penurunan USD123 juta. Sepanjang 2019, Indonesia masih mencatatkan defisit perdagangan dengan Tiongkok sebesar USD18,72 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id