Menurut Firman, Indonesia tidak akan krisis seperti di 1997-1998 lantaran sejak terjadi reformasi sudah banyak perbaikan yang dilakukan untuk menguatkan ekonomi dari tekanan krisis yang diakibatkan oleh faktor eksternal maupun internal.
"Apakah kita akan masuk seperti 1997-1998? Jawabannya tidak ," tegas dia, dalam sebuah diskusi, di Kedai Tjikini, Jakarta Pusat, Minggu (12/7/2015).
Dirinya mencontohkan, sebelum reformasi, Indonesia tidak memiliki mekanisme pengelolaan utang negara. Namun, sekarang telah dibentuk wadah tersendiri yang menangani masalah utang yakni Direktorat Jenderal Pengelolaan, Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Fundamental kita saat ini jauh lebih bagus, terlihat dari rasio utang terhadap PDB yang masih pada level 24-25 persen," jelasnya.
Lebih lanjut dirinya menambahkan, meskipun secara nominal utang bertambah, namun hal itu tidak menjadi masalah. Pasalnya, kemampuan Indonesia dalam membayar utang pun besar atau dikatakan mampu.
"Analoginya saya kuliah pinjam uang Rp100 ribu, pas kerja pinjam Rp100 juta. Memang secara nominal bertambah, tapi harus lihat juga pendapatan saya ketika sudah kerja tentu lebih besar dibanding saat kuliah. Ini yang sering kali miss leading. Meski secara nominal meningkat, kemampuan bayar utang juga besar," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id