Pengamat Ekonomi Farial Anwar menilai, BI rate seharusnya diturunkan oleh otoritas moneter karena menjadi beban tersendiri ketika Indonesia memasuki era MEA. Sebab, suku bunga di Tanah Air akan berada di tingkat paling tinggi dibandingkan dengan suku bunga di negara tetangga di kawasan ASEAN.
"BI rate harusnya turun karena kita menghadapi pasar bebas di MEA. Suku bunga kita termahal. Apa manfaatnya suku bunga tinggi? Mau kendalikan rupiah? Rupiah saja sekarang tertekan seperti ini. Ini tidak ada manfaatnya," ungkap Farial, ketika ditemui di Gedung MetroTV, Jakarta, Jumat (21/8/2015).
Menurutnya, BI sebaiknya menurunkan level BI rate di angka tujuh persen agar mendorong dunia usaha bisa bergerak dan memiliki daya saing yang lebih baik lagi. Tak dipungkiri BI memiliki perhitungan tersendiri mempertahankan BI rate. Namun, perlu diturunkan untuk memberi manfaat maksimal bagi pengembangan sektor riil.
"Saya rasa BI rate itu sebaiknya diturunkan dan berada di level tujuh persen dari level 7,5 persen sekarang ini. Pun penurunannya secara bertahap dilakukan. Misalnya diturunkan 25 bps. Tentu level tujuh persen diharapkan bisa terjadi di akhir tahun ini," pungkasnya.
Sekedar diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan BI kembali mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di level 7,50 persen. Selain itu, BI juga mempertahankan suku bunga lending facility dan suku bunga deposit facility yang masing-masing tetap pada level 8,0 persen dan 5,50 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
