Pertama, daya beli masyarakat masih lemah di masa pandemi covid-19 ini. Meskipun sempat terjadi kenaikan permintaan saat ada pembukaan aktivitas ekonomi, dampaknya hanya sementara karena setelah itu akan kembali melandai.
"Jadi ada permintaan yang tertunda. Jadi ketika dibuka naik tapi setelah itu flat lagi," katanya dalam seminar virtual di Jakarta, Selasa, 13 Oktober 2020.
Kedua, ia menyebut terjadi perubahaan perilaku konsumsi di masyarakat. Utamanya adalah kelompok menengah atas yang lebih berhati-hati untuk spending, sementara masyarakat kelas menengah bawah terpaksa tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan.
"Mereka yang punya tabungan yang bisa tinggal di rumah. Kalau enggak punya tabungan, anda enggak bisa tinggal di rumah harus kerja apa saja. Jadi sulit membayangkan penerapan PSBB tanpa bansos," ungkapnya.
Ketiga, meski terjadi perubahan dengan banyaknya masyarakat yang memanfaatkan belanja online, tapi hal ini hanya dilakukan di kota-kota besar. Artinya hanya sebagian kecil saja masyarakat yang beralih ke belanja online lewat marketplace.
Terakhir, masih terjadi penerapan PSBB di sejumlah daerah seperti wilayah DKI Jakarta. Kondisi ini tentu memengaruhi karena restoran atau mal hanya bisa digunakan maksimal 50 persen dari kapasitas, sedangkan pengelola harus mengeluarkan biaya yang sama.
"Studi yang saya lakukan memperlihatkan meskipun kapasitas pasar masih tinggi, orang enggak akan ekspansi. Ya ngapain juga nambahin investasi baru kalau investasi yang ada itu under utilize," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id