Ia menyebut, pemerintah akan terus menjaga pembiayaan secara hati-hati karena adanya ketidakpastian global pada tahun depan. Menurutnya, berbagai perkembangan di Tiongkok hingga Amerika Serikat (AS) akan memengaruhi rencana penarikan utang pemerintah di 2022.
"Tahun depan seperti kami sampaikan, terjadi beberapa dinamika global yang harus kita waspadai, inflasi tinggi, tapering, juga harga komoditas, serta dari sisi perekonomian baik Tiongkok maupun AS kemungkinan akan menghadapi tekanan dinamika ini," kata dia dalam video conference, Senin, 29 November 2021.
Oleh karna itu, Sri Mulyani memastikan, target dan timing lelang untuk Surat Berharga Negara (SBN) akan dilakukan secara hati-hati menyesuaikan dinamika pasar. Pemerintah masih akan mengandalkan SBN ritel dalam memenuhi pembiayaan APBN tahun depan.
Ia menambahkan, pemerintah juga akan mengoptimalkan sumber pembiayaan selain utang. Misalnya saja saldo di Badan Layanan Umum (BLU), Sisa Anggaran Lebih (SAL), hingga Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) dari APBN tahun-tahun sebelumnya.
"Kita akan menggunakan optimalisasi penerbitan SBN ritel untuk bisa memperkuat investor ritel di Indonesia dan di dalam negeri. Kita akan mengandalkan sumber pembiayaan non-utang seperti saldo kas BLU, SAL dan SILPA dan tentu kita terus koordinasi dengan BI dan otoritas terkait," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News