Momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru) diperkirakan meningkatkan konsumsi, sehingga dapat mendorong kenaikan inflasi. Namun, potensi tekanan inflasi lebih tinggi diperkirakan relatif minim seiring kebijakan pemerintah menghapus libur Nataru serta penerapan kebijakan pengetatan PPKM di seluruh wilayah Indonesia.
"Dengan mempertimbangkan hal tersebut, proyeksi inflasi sepanjang 2021 diperkirakan berada pada kisaran 1,9 persen (yoy)," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu, dalam keterangan resminya, Kamis, 2 Desember 2021.
Sementara itu, kenaikan inflasi pada November disumbang oleh inflasi inti dan administered price seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi dan mobilitas masyarakat karena pandemi yang mulai terkendali. Hal ini terjadi di tengah inflasi komponen makanan bergejolak atau volatile food yang sedikit melambat.
Secara bulan ke bulan terjadi inflasi sebesar 0,37 persen (mtm) sehingga kumulatif mencapai 1,30 persen (ytd). Inflasi inti terus melanjutkan tren meningkat mencapai 1,44 persen (yoy). Kenaikan mobilitas masyarakat usai kebijakan pelonggaran PPKM secara bertahap telah berdampak pada peningkatan permintaan masyarakat secara umum.
Inflasi volatile food mengalami penurunan, mencapai 3,05 persen (yoy). Meski demikian, secara mtm, harga beberapa komoditas mengalami peningkatan karena peningkatan demand, masuknya musim penghujan, serta harga komoditas global. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga akses pangan masyarakat miskin dan rentan.
"Dengan tetap melakukan penyaluran bantuan sosial pangan serta melakukan stabilisasi harga pangan pokok, terutama beras. Pemerintah pusat dan daerah juga terus memantau potensi kenaikan harga pangan di akhir tahun mengingat faktor masuknya musim penghujan dan momen perayaan Nataru," jelas dia.
Tren peningkatan
Selanjutnya, inflasi administered price melanjutkan tren peningkatan mencapai 1,69 persen (yoy) didorong oleh peningkatan tarif angkutan udara seiring semakin meningkatnya mobilitas masyarakat antardaerah. Selain itu, kenaikan juga dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga rokok kretek filter."Seiring semakin naiknya mobilitas, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan mobilitas yang dapat berisiko pada penularan wabah covid-19 dengan menghapus cuti bersama akhir tahun dan meningkatkan kembali level PPKM di Nataru," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News