"Kita itu memang minta pemerintah mau realistis," kata Supit, kepada medcom.id, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (25/6/2015).
Menurut dia, banyak lembaga yang meramalkan Indonesia tidak bisa mencapai pertumbuhan ekonomi di atas enam persen. Rata-rata, mereka memberi forecast pada angka 5,2 hingga 5,5 persen. Asian Development Bank (ADB) memang memproyeksikan tumbuh mencapai enam persen, namun Supit meragukan.
"Apalagi, kita melihat bahwa di 2014 dan 2015 pertumbuhan menurun terus. Jadi sulit untuk kita bayangkan bisa tercapai angka itu. Nah pemerintah mesti harus berani realistis," ujar dia.
Menurutnya, kalau memang pertumbuhan hanya mampu ditaksir 5,2 persen, maka taruhlah angka asumsi itu. Jangan membuat target yang tinggi namun selalu meleset. DPR RI memang meminta pertumbuhan ekonomi di bawah enam persen, namun pemerintah meminta kisaran pertumbuhan ekonomi ada angka enam persen.
"Ya sudah itu masih range. Tapi nanti mudah-mudahan di pembahasan setelah nota keuangan kita realistis. Kalau memang situasinya tidak memungkinkan untuk tumbuh enam persen, kenapa tidak patok 5,5 persen saja," tegas Supit.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mangatakan revisi ini sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia yang diliputi ketidakpastian. Perkiraan itu telah melihat perkembangan ekonomi yang terjadi di Yunani, selain karena faktor eksternal utama yang masih dominan, yakni penyesuaian suku bunga acuan Bank Sentral AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News