"Mimpi kita 2045 menjadi negara high income countries," ungkapnya dalam acara 4th Indonesia Fintech Summit, Kamis, 10 November 2022.
Lebih lanjut, Luhut menegaskan Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan nikel terbesar dunia, negara kedua dengan cadangan timah terbesar dunia, dan negara ketujuh dengan cadangan timah terbesar dunia.
Selain itu, Indonesia juga dikatakan memiliki 437 gigawatt renewable energi yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai target penurunan emisi karbon. Luhut menegaskan, saat ini pendapatan per kapita Indonesia sekitar USD4.000 dan pada 2030 ditargetkan pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai USD10 ribu lebih.
"Lalu kita sekarang GDP (Gross Domestic Product/Produk Domestik Bruto) itu USD1,3 triliun dan saya percaya 2030 GDP kita bisa USD3,5 triliun atau lebih kalau konsisten growth kita 5,3 persen sampai 5,7 persen," kata Luhut.
Dia juga menambahkan Indonesia juga telah melakukan transformasi dari commodity based menjadi value added based. Transformasi ini dikatakan telah mengakibatkan peningkatan kinerja ekspor Indonesia.
"Ekspor tahun lalu saja menjadi ekspor paling tinggi sepanjang sejarah atau mencapai USD232 miliar. Belum pernah seperti ini," tegasnya.
Baca juga: Luhut Yakin Indonesia Bakal Jadi Negara Maju di 2030 |
Luhut juga menjelaskan mengenai kebijakan belanja produk dalam negeri melalui e-katalog LKPP. Menurutnya, saat ini pemerintah telah memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri karena berdasarkan studi dari Badan Pusat Statistik (BPS), jika belanja pemerintah sebesar Rp400 triliun dapat dilakukan untuk produk dalam negeri, akan menciptakan dua juta lapangan kerja baru dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 1,7 persen.
"Duta besar Amerika Serikat bilang ke saya, kenapa kita take out brand AS dari e-katalog. Saya bilang your President says America first. We have the rights to say Indonesian first, as simple as that. Gitu lah hebatnya kita," ujar Luhut.
Menurut Luhut, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga paling solid dibandingkan peer country. Pada kuartal III-2022 saja, ekonomi Indonesia berhasil tumbuh 5,77 persen. Capaian ini juga didukung dengan terkendalinya inflasi di Indonesia.
Selain itu, terkait dengan komitmen penurunan emisi karbon, Luhut menilai banyak negara yang belum mampu melakukan aksi nyata untuk menurunkan emisi karbon. Indonesia tidak ingin menjadi bagian dari negara-negara yang tidak mampu berbuat sesuatu untuk mengatasi permasalahan climate change tersebut.
"Semua bicara soal climate change tapi banyak omong saja. Saya sudah hadir di COP itu lima kali, di G20 tiga kali. Banyak oceh saja implementasinya tidak ada. Saya bilang ke Pak Presiden kita yang konkret saja lah. Makanya datang 600 ribu hektare restorasi mangrove, forest tree mitigation dan masih banyak lagi hal lain. Kita targetkan NDC itu saya minta 35 persen pakai usaha sendiri dan 45 persen dengan bantuan pendanaan dari luar. Kita bisa," pungkasnya.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News