Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengaku akan menutup defisit yang melebar dari dua sumber yakni dari kas negara dan juga melalui pinjaman atau utang. Kedua hal ini diharapkan benar-benar efektif untuk menekan pelebaran defisit tersebut.
Ia menjelaskan, dari kas negara yang dimaksudkan melalui Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar Rp26 triliun. Sedangkan dari pinjaman, nantinya bisa dipikirkan apakah melalui pinjaman multilateral pada lembaga keuangan internasional atau bisa juga melalui pasar obligasi (menerbitkan surat utang).
"Sebagian dari kas kita sendiri, sebagian dari pembiayaan tambahan apakah dari multilateral atau pasar," kata Bambang, di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta Pusat, Jumat (8/4/2016).
Defisit tersebut merupakan gap antara pendapatan negara dan belanja negara. Pendapatan negara pada APBN 2016 ditargetkan mencapai Rp1.822,5 triliun sedangkan pagu belanja negara sebesar Rp2.095,7 triliun. Sehingga defisit dalam APBN 2016 sebesar 2,15 persen atau Rp273,2 triliun.
Pelebaran gap ini terjadi karena adanya perkiraan pengurangan penerimaan negara terutama dari sisi pajak, karena ada beberapa hal yang akan diubah. Apalagi untuk pajak yang berasal dari sumber daya alam. Bambang memperkirakan, untuk Pajak Penghasilan (PPh) migas diperkirakan terjadi penurunan Rp17 triliun.
Sementara untuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari SDA juga ada potensi penurunan sekitar Rp70-an triliun. "PNBP migas diperkirakan turun Rp50,6 triliun. Lalu PNBP hasil tambang perkiraan turun hampir Rp25 triliun," tutup Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News