"Saya mendesak negara-negara anggota WTO untuk menolak proteksionisme dan unilaterisme. Kita harus dengan tegas mendukung multilaterisme, dan menjunjung tinggi rezim perdagangan ekonomi dan multilateral dunia," kata Nurhayati, seperti dikutip dari Antara, di Jakarta, Rabu, 19 Desember 2018.
Menurut dia unilaterisme yang ditunjukkan oleh beberapa negara telah menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perdagangan global. Kecenderungan tersebut sangat bertentangan dengan usaha-usaha bersama yang selama ini bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan pembangunan yang berkelanjutan.
"Perdagangan berkontribusi terhadap penciptaan lapangan pekerjaan, pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam konteks tujuan pembangunan kerkelanjutan," kata Nurhayati.
Ia menyayangkan munculnya tren nasionalisme sempit, populisme, dan proteksionisme yang mengarah kepada tindakan-tindakan unilateralisme. Diharapkan hal semacam itu bisa ditekan sedemikian rupa dan nantinya keseimbangan global kembali terjadi.
Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ) Rachmi Hertanti sebelumnya menyerukan baik publik secara luas maupun perwakilan mereka di DPR dapat mengkaji seluruh isi perjanjian perdagangan internasional hingga sedetil-detilnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News