Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Target Pertumbuhan Ekonomi 2016 Sepakat Dipangkas Jadi 5,1%

Suci Sedya Utami • 08 Juni 2016 10:12
medcom.id, Jakarta: Pemerintah dan Komisi XI DPR RI sepakat untuk memangkas target pertumbuhan ekonomi dalam APBNP 2016 menjadi 5,1 persen.
 
Pemangkasan tersebut disepakati dalam rapat kerja antara Komisi XI DPR bersama Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Gubernur Bank Indonesia, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) yang berlangsung Selasa, 7 Juni, hingga pukul 22.00 WIB. Angka kesepakatan tersebut lebih rendah dari yang diajukan dalam APBNP awal yakni dengan mempertahankan asumsi pertumbuhan ekonomi pada level 5,3 persen.
 
"Pertumbuhan ekonomi 5,1 persen, inflasi empat persen, nilai tukar Rp13.500 per USD, serta SPN 3 bulan 5,5 persen. Setuju, dengan demikian tujuan kita sudah kita anggap selesai," kata Ketua Komisi XI, Ahmadi Noor Supit memimpin pengambilan keputusan, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat.

Asal tahu saja, Pemerintah sampai dengan rapat kerja pada hari sebelumnya, Senin 6 Juni 2016 masih optimistis menaruh target 5,3 persen. Namun, karena banyak anggota DPR menanggap Pemerintah terlalu optimistis, di tengah jalan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan pada media ada peluang untuk merevisi target ke bawah.
 
Pernyataan tersebut akhirnya dipertanyakan oleh DPR di detik-detik menjelang rapat selesai, yang menilai Pemerintah sepertinya juga tidak yakin terhadap target yang diusulkannya, Bambang menjelaskan, atas masukan beberapa anggota DPR yang terlontar sebelumnya, Pemerintah mempertimbangkan bagaimana mencapai 5,3 persen. Apabila melihat penopang pertumbuhan ekonomi yakni konsumsi rumah tangga yang awalnya diyakini tumbuh 5,1 persen nampaknya masih berat sehingga paling bisa dicapai lima persen.
 
"Betul sekali di mal, pasar Tanah Abang, Mangga Dua, dan ritel lainnya terjadi penurunan. Tapi di sisi lain ada lonjakan besar untuk pembelian online, kami akan segera rumuskan program perdagangan online dan riil agar setara sama-sama dipajaki dan menghitung seberapa besar online menjadi pengganti," jelas mantan Dekan FEUI ini.
 
Sementara investasi Pemerintah diperkirakan masih sama. Begitu juga investasi swasta ada pertumbuhan, namun meski membaik agak sukar untuk tumbuh lebih tinggi dan akan tertahan. Ancaman pertumbuhan lainnya yakni dari ekspor yang meski sudah kembali ke teritori positif, namun dengan melihat perkembangan ekonomi dunia seperti melemahnya ekonomi Tiongkok serta menurunnya harga komoditas, rasanya agak sukar dicapai sehingga rasionalnya angka 5,3 persen harus dikoreksi.
 
"Pertumbuhan global dinamis. 5,1 persen adalah angka yang masuk akal. Tentu untuk mencapainya ada periode di mana ekonomi harus bisa tumbuh 5,3 persen," kata Bambang.
 
Sementara untuk inflasi yakni sesuai dengan usulan awal APBNP empat persen atau membaik dari asumsi di APBN 4,7 persen yakni dengan memfokuskan pada menjaga stabilitas pangan. Sedangkan untuk nilai tukar Rp13.500 per USD, lanjut Bambang, masih masuk akal dengan pertimbangan repatriasi tax amnesty akan membawa rupiah menguat tajam dan dengan harapan tidak ada spekulasi dari kenaikan tingkat bunga AS.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan