Media Workshop bertema Peran Media serta Industri Asuransi dalam Membentuk Kepercayaan Publik dan Optimisme Terhadap Masa Depan Ekonomi Indonesia 2026
Media Workshop bertema Peran Media serta Industri Asuransi dalam Membentuk Kepercayaan Publik dan Optimisme Terhadap Masa Depan Ekonomi Indonesia 2026

Ekonomi 2026 ke Mana Arah Anginnya? Begini Analisis Ekonom dan Industri Asuransi

Annisa ayu artanti • 10 Desember 2025 12:12
Jakarta: Menjelang 2026, Indonesia kembali dihadapkan pada tantangan untuk menjaga kepercayaan publik di tengah gejolak ekonomi global. 
 
Allianz Indonesia melihat isu ini sebagai momentum penting untuk memperkuat optimisme publik. Melalui Media Workshop bertema Peran Media serta Industri Asuransi dalam Membentuk Kepercayaan Publik dan Optimisme Terhadap Masa Depan Ekonomi Indonesia 2026, berbagai pengamat dan praktisi berdiskusi mengenai arah ekonomi global hingga ketahanan industri asuransi.

Awan ketidakpastian global

Ekonom Senior INDEF, Aviliani, menegaskan bahwa gejolak ekonomi global masih akan membayangi sepanjang 2025 hingga memasuki 2026. 
 
Ia menyoroti pemilu serentak di 57 negara yang melibatkan 49 persen populasi dunia dan 60 persen PDB global, meningkatnya ketegangan geopolitik, serta rivalitas dagang Tiogkok-Amerika Serikat.
 
Baca juga: Tancap Gas! Purbaya Sebut Ekonomi RI Bisa Tembus 8%

Menurutnya, situasi ini membuat dunia berada dalam kondisi yang sangat dinamis.

“Kepastian ke depan adalah ketidakpastian itu sendiri,” ujar Aviliani dalam keterangan tertulis, Rabu, 10 Desember 2025.
 
Meski demikian, terdapat kabar baik dari IMF yang kembali merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi 3,2 persen, sebelum bergerak sedikit melambat ke 3,1 persen pada 2026.

Ekonomi Indonesia 2025

Di dalam negeri, ekonomi Indonesia pada 2025 menunjukkan pola naik-turun. Pada triwulan I pertumbuhan ekonomi Indonesia 4,87 persen. Lalu ada triwulan II 5,12 persen. Kemudian pada triwulan III pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah tipis menjadi 5,04 persen.
 
Aviliani menyebut pola fluktuatif tersebut sebagai cerminan pemulihan yang masih rentan.
 
"Momentum pemulihan kepercayaan masyarakat pada Pemerintah yang meningkat mulai Oktober 2025 dimana menjadi momentum yang baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” ujar Aviliani.
 
Penguatan kepercayaan publik diperkuat dengan kebijakan penempatan dana SAL & SILPA sebesar Rp200 triliun pada klaster pertama dan Rp76 triliun pada klaster kedua. 
 
Efeknya terlihat dari turunnya cost of fund, kenaikan konsumsi dan investasi, hingga munculnya 21 kali rekor all time high IHSG sepanjang 2025.

Program stimulus pemerintah

Rangkaian stimulus 8 + 4 + 5 merupakan program disiapkan pemerintah untuk mempercepat pemulihan. Adapun rinciannya adalah 8 program akselerasi 2025, 4 program lanjutan 2026, dan 5 program padat karya.
 
Dengan total Rp16,23 triliun dana yang digelontorkan ke masyarakat, pemerintah juga membentuk Satgas Percepatan Program Strategis Pemerintah (Satgas P2SP) untuk memastikan realisasi anggaran, memperlancar investasi, serta mengurai hambatan lintas kementerian/lembaga.
 
“Pertumbuhan ekonomi bukan hanya angka di atas kertas, perlunya pemerataan dan juga ekspektasi masyarakat bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini. Maka dengan roda ekonomi yang bergerak lebih cepat maka keputusan finansial masyarakat menjadi lebih optimis” ujarnya.

Ketahanan industri asuransi 

Sektor asuransi ikut menunjukkan ketahanan meski ekonomi masih bergejolak. Total aset industri mencapai Rp1.181,21 triliun per September 2025, naik 3,39 persen secara tahunan. 
 
Regulasi baru OJK seperti modal minimum, unit syariah mandiri, dan standarisasi risiko turut memperkuat fondasi industri.
 
Direktur Kepatuhan Allianz Life Indonesia, Hasinah Jusuf memaparkan bahwa premi industri per September 2025 mencapai Rp132,85 triliun, meski sektor asuransi jiwa masih tertekan dan turun 2,06 persen.
 
Memasuki 2026, industri asuransi akan menjalankan berbagai agenda besar, mulai dari implementasi co-payment, pembentukan Dewan Penasihat Medis (DPM), penguatan underwriting berbasis risiko, percepatan digitalisasi layanan, hingga pemenuhan modal minimum sesuai POJK 23/2023.
 
Kebijakan Lembaga Penjaminan Polis (LPP) yang akan berlaku 2028 juga menjadi sinyal positif bagi perlindungan konsumen.
 
Allianz Life dan Allianz Syariah mencatat premi sebesar Rp15,2 triliun hingga kuartal III 2025, serta terus memperluas literasi keuangan yang telah menjangkau lebih dari 1 juta penerima manfaat.
 
“Ketahanan industri asuransi tidak hanya bergantung pada faktor ekonomi, tetapi juga pada persepsi masyarakat. Karena itu, sinergi antara pemerintah, industri, dan media sangat penting untuk membangun narasi positif mengenai peran asuransi bagi stabilitas finansial keluarga,” jelas dia. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan