Menjawab kekhawatiran sejumlah fraksi itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro menjelaskan bahwa dasar pertimbangan pemerintah meletakkan target pertumbuhan ekonomi di angka tersebut lantaran pemerintah memandang faktor ekonomi masih sangat memungkinkan untuk tumbuh lebih tinggi.
"Dengan mempertimbangkan potensi dan risiko, baik domestik maupun ekternal maka asumsi pertumbuhan ekonomi 5,8-6,2 persen di 2016 cukup realisitis," kata Bambang, saat Sidang Paripurna ke-31, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (28/5/2015).
Bambang menambahkan, membaiknya kinerja perekonomian global diharapkan pula membantu kinerja perekonomian nasional. Untuk mesin pendorong pertumbuhannya sendiri, Bambang memperkirakan akan lebih banyak bergantung pada faktor domestik, yakni konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Program kesejahteraan sosial, pilkada serentak di 2016, inflasi terkendali, dan bonus demografi yang didominasi usia produktif diharapkan jadi pendorong konsumsi rumah tangga sebesar 55 persen, dan menjadi pendorong untuk pertumbuhan," ujar dia.
Selain itu, tambah Bambang, investasi akan lebih didukung dengan peningkatan program infrastruktur, perbaikan iklim usaha, dan peran serta pihak swasta dalam skema kerja sama pemerintah swasta (PPP). Keseluruhan itu diharapkan memacu perekonomian untuk tumbuh lebih tinggi.
"Di 2015, melalui realisasi APBNP, kami sudah meletakkan dasar pembangunan yang baik pada infrastruktur yang dampaknya di 2016," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News