"Realisasi anggaran PEN diyakini tidak akan mencapai 100 persen, maksimal 80 persen," kata Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah kepada Medcom.id di Jakarta, Jumat, 18 Desember 2020.
Meski tak maksimal, Piter menyebut realisasi anggaran PEN tidak bisa berdampak banyak terhadap perekonomian. Pasalnya tahun ini pertumbuhan ekonomi memang sudah diprediksi akan mengalami kontraksi akibat pandemi covid-19.
"Dengan masih berjangkitnya pandemi, meskipun realisasi anggaran PEN bisa 100 persen, pertumbuhan ekonomi tetap akan negatif," ungkapnya.
Ia menambahkan program PEN memang bertujuan untuk mengurangi tekanan di masyarakat maupun dunia usaha selama pandemi. Sementara sampai akhir tahun ini, realisasi anggaran PEN yang paling besar adalah untuk perlindungan sosial.
"Anggaran PEN Lebih kepada upaya meningkatkan ketahanan masyarakat melalui bantuan sosial (bansos). Sementara realisasi bansos adalah yang tertinggi mendekati 100 persen," pungkas dia.
Apabila dirinci, realisasi perlindungan sosial telah mencapai Rp217,16 triliun atau 94 persen dari pagu Rp233,69 triliun, dukungan UMKM Rp106,25 triliun atau 92 persen dari pagu Rp115,82 triliun, sektoral K/L dan pemda Rp55,68 triliun atau 79 persen dari pagu Rp65,97 triliun.
Kemudian pembiayaan korporasi realisasinya sebesar Rp8,15 triliun atau 13 persen dari pagu Rp61,2 triliun. Sementara untuk realisasi dua klaster lainnya yaitu anggaran kesehatan dan insentif usaha belum dipublikasikan oleh pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News