"Karena kita sudah keenakan jualan komoditi sehingga melupakan industrialisasi, itu yang mau kami kembalikan. Dari konsumsi ke produksi, dari konsumsi ke investasi. Tapi ini juga perlu waktu, mungkin dua tahun-tiga tahun baru kelihatan barangnya. Sehingga kawasan-kawasan industri di luar pulau Jawa saya kira memang nanti akan kelihatan," kata Presiden saat wawancara khusus dengan Media Indonesia, pekan lalu.
Dia kembali mengatakan transformasi fundamental ekonomi dapat dilakukan dengan melakukan industrialisasi. Dia menilai selama ini pemerintah terlanjur keenakan dengan perolehan pendapatan dari sektor komoditas.
"Memang di depan sakit, kalau mau enak ya jualan mentahan saja terus. Nanti begitu barangnya habis, minyak habis, bingung. Kalau kayu habis, cuma bisa bilang lho (sama), lupa kita," tutur dia.
Lalu bagaimana caranya? Yakni dengan menggerakkan industri substitusi barang-barang impor. Hal ini dapat memperbaiki neraca perdagangan.
"Masak semua kita impor mulai dari beras, jagung, kedelai, buah, gula, garam, semuanya impor. Semuanya ini yang kita kejar agar tidak impor dan harus diproduksi sendiri, karena ini yang cepat," papar dia.
Di sisi lain, Jokowi mengaku heran dengan banyaknya komponen mobil dan listrik masih banyak yang diimpor dari negara asing. Dia menuturkan hal seperti itu bisa diproduksi di dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap importir.
"Banyak komponen alat berat, komponen mobil, listrik, yang masih impor. Masa kita enggak bisa buat sih hal-hal seperti itu? Semua kita bisa, karena memang insentif tidak pernah diberikan. Sekarang kita berikan tax allowance, tax holiday, untuk industri yang menjadi prioritas kita berikan. Kemudian industri yang berbasis investasi padat karya kita berikan insentif juga," jelasnya.
Dia mengatakan perlu kesabaran karena pasar dunia sedang lesu. Dia mengatakan saat industri dalam negeri siap maka Indonesia sudah siap untuk menjual barangnya ke dunia internasional.
"Memang, saat ini mungkin industrialisasi lesu karena permintaan dunia juga lagi lesu. Mau jual ke mana. Jadi sembari menunggu pasar dunia baik lagi, pas industri di dalam negeri siap. Jadi kita sudah enggak eskpor komoditas lagi. Memang kita sering lupa, kalau mau enak ya paling enak itu ekspor bahan baku. Cepat dan dapat uangnya besar, untungnya juga besar," beber dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News