Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, keputusan ini diambil karena tekanan eksternal usai terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) mengalahkan rivalnya Hillary Clinton.
"Ini mempertimbangkan gejolak eksternal yang mempengaruhi stabilitas rupiah beberapa waktu ini," kata Josua saat dihubungi Metrotvnews.com di Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Dirinya menambahkan, BI perlu hati-hati dalam menentukan kebijakannya. Apalagi bank sentral AS, The Fed diprediksi akan lebih agresif menaikkan suku bunga acuan mereka.
"Arah kebijakan suku bunga AS yang akan lebih agresif kenaikannya pada tahun depan apalagi setelah Donald Trump menang dalam Pilpres AS, yang juga di luar ekspektasi pasar dan BI," jelas dia.
Selain mempertimbangkan stabilitas rupiah, Josua menyebut BI perlu hati-hati dalam menjaga laju inflasi tahun depan. Peningkatan inflasi akan datang usai pemerintah berencana akan menaikkan tarif dasar listrik tahun depan.
"BI pun mempertimbangkan ekspektasi inflasi pada tahun depan yang cenderung meningkat di kisaran empat hingga 4,5 persen sejalan dengan rencana kenaikan inflasi harga yang diatur pemerintah pada tahun depan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News